Jadi seperti yang sudah diduga, postingan saya di web KEB tentang ASI, kontroversial dan jadi viral ya. *loh kok malah seneng*
Nggak deng. Eh iya deng. Sedikit. LOL. Terserah mau setuju atau nggak sama kontennya, I cannot please everybody tapi meskipun nggak setuju, makasih loh udah share. :p
Jadi kritik keras itu datang dari:
1. Para penggiat ASI garis keras
2. Ibu-ibu pengunggah foto ASIP
Satu hal, saya menulis dengan jujur berdasarkan pengalaman saya sendiri. Sampai kapan juga saya nggak akan pernah sepakat dengan kedua opini dari mereka. Pengalaman saya tidak sama dengan mereka. Apalagi mereka ya mana mau setuju sama saya.
Saya belajar manajemen ASI sejak hamil. Saya dan suami ikut kelas laktasi. Saya rajin senam hamil bahkan saya senam hamil setiap hari di hari-hari menjelang due date (buat yang nggak tahu, senam hamil ADA gerakan untuk memperlancar ASI lho!). Saya edukasi seluruh keluarga besar tentang ASI vs sufor. Saya cari rumah sakit dengan obgyn yang pro ASI pro normal.
Saya membeli breastpump dan soft cup feeder sejak hamil. Saya menyusui anak saya sampai sekarang 14 bulan. Saya rajin pumping di kantor, di rumah, di mobil, tengah malam, subuh, weekend, setiap saat. Saya pernah punya stok ASIP dua freezer. Terdengar ideal ya?
Tapi saya hanya IMD beberapa menit. Saya menandatangani surat persetujuan 2 ml susu formula karena anak saya detak jantungnya lemah dan gula darah drop sementara ASI saya belum keluar. Saya menolak donor ASI karena terlalu complicated dari segi agama. Anak saya akhirnya minum lewat dot sampai usia 6-7 bulanan. Saya beri anak saya makanan botol sejak awal MPASI jika dalam perjalanan.
JAUH DARI IDEAL. Tapi itu kenyataannya.
Saya gagal IMD karena ya detak jantung anak saya lemah dan gula darahnya terlalu rendah. Dia langsung masuk inkubator sementara saya lemah dengan tangan sedang transfusi darah dan ASI belum keluar. Kalau dia tidak diberi 2 ml susu formula itu mungkin dia tidak akan hidup sampai sekarang karena toh bagaimana pun saya dan keluarga menolak donor ASI.
Anak saya diberi dot karena dia menolak gelas dan soft cup feeder. Dia bisa. SEMUA BAYI BISA MINUM PAKAI GELAS. Tapi anak saya tidak mau. Sejak saya masih cuti ibu saya sudah belajar memberi ASIP dengan soft cup dan selalu disembur. Atau soft cupnya ditampar. Nenek dan nannynya (di daycare) menyerah. Saya pun setuju dan akhirnya diberi dot. Karena siapa yang akan mengurus nantinya saat saya kerja?
(Baca: Drama Pilih Dot)
Tapi yang harus digarisbawahi: saya ambil semua pilihan itu karena saya tahu risikonya dan saya bersedia mengambil seluruh risikonya. Saya tahu dot berisiko bingung puting sehingga harus menyiapkan diri untuk kemungkinan exclusive pumping.
Saya juga menyiapkan diri agar anak saya lepas dot di usia 6 bulan. Saya perkenalkan sippy cup menjelang MPASI. Saat itu dia sudah mulai minum ASIP dengan sippy cup. Mulai usia 7 bulanan, dia sudah lepas dot sama sekali dan lancar minum dengan gelas, sendok, sippy cup, kemudian sedotan. Risiko bingung puting lepas dong ya?
Nah meskipun alhamdulillah lancar, kemudian saya jadi nggak sejalan sama asosiasi dan ibu-ibu idealis di seluruh negeri. Ya karena memang nggak perlu sepenuhnya sejalan.
Asosiasi memang HARUS ideal garis keras segala-galanya karena kan mereka yang berkampanye pemberian ASI. Dari mereka saya belajar risiko sehingga tahu persis apa yang harus dilakukan jika sampai terjadi.
Kalau saya, saya menulis dari sudut pandang seorang ibu yang sering dicurhati ibu-ibu lain yang ASI nya sedikit sekali padahal sudah melakukan berbagai macam cara. Ibu-ibu bekerja yang stres karena anaknya boro-boro mau minum ASIP pake gelas, segala merek dot pun ditolak. Jangan memaksa saya untuk menjadi ideal karena yang saya alami tidak seperti itu.
Biarlah ideal jadi tugas kalian para pejuang ASI. Saya hanya memberi alternatif dan mengajak berpelukan bahwa meski kami bukan ibu ideal, kami melakukan segala cara yang mendekati ke sana. Bahwa kami juga berusaha semaksimal mungkin untuk memberi yang terbaik. Saya mengajak ibu-ibu untuk memberi ASI dengan ikhlas.
Untuk ibu-ibu yang memang memberi susu formula karena memang tidak mau memberi ASI. Ya itupun pilihan. Saya jujur tidak sanggup karena terlalu mahal dan tidak praktis karena harus cuci-steril botol dan bikin susu tengah malam. Berat buat saya yang bekerja, tidak punya ART dan nanny di rumah.
Tentang sertifikat dan foto kulkas, yaaa cuma opini saya aja sih. Sama aja kan banyak orang yang sinis sama orang yang selfie terus. Banyak yang sinis "makanan kok difoto bukan dimakan" untuk para barisan peng-upload foto makanan.
Karena saya pribadi sih lebih sering membaca komentar ibu yang iri daripada ibu yang termotivasi. Foto kulkas berisi ASI perah memancing curhat sedih para ibu yang udah jungkir balik pumping, minum susu, minum suplemen, pijat ini itu, tapi tetep kejar tayang. Ibu yang kemudian stres dan ASI nya makin nggak keluar.
Saya ingin mereka tahu bahwa tidak perlu merasa bersalah berlebihan. Tidak perlu merasa bukan ibu yang sempurna hanya karena kita tidak melakukan semuanya sesuai teori yang ideal. There's no such thing as a perfect mom.
(Baca: Tentang Support System)
Kemudian saya pun dituduh "bisanya cuma komentar negatif doang" dan "pamer stok asip kan menyemangati"! Ya saya nggak tahu mungkin memang iya tujuannya menyemangati. Sudah melakukan "semangat" yang real belum bukan cuma foto dan status?
Kalau sudah, alhamdulillah. Kalau belum, ya kalian nggak ada bedanya sih sama orang yang pamer ibadah di status social media. Kalau berniat tapi bingung mau ngapain? Edukasi orang sekitar yang jauh dengan informasi tentang ASI eksklusif.
Kalau temen kantor atau orang yang teredukasi dengan baik tapi menolak sih nggak perlu dipaksa, mereka pasti siap dengan risikonya. Saya lebih baik mengedukasi pembantu rumah tangga di rumah, istri supir, istri satpam, cleaning service, office boy kantor, supir taksi, abang ojek, mereka yang tak pernah terbersit bahwa ASI adalah makanan terbaik. Mereka orang pertama yang sangat rentan memberi bayinya MPASI dini. Mereka yang memberi MPASI dini dengan bubur ber-MSG beli di pinggir jalan.
Saya punya file Ms Word yang siap di-print kalau ada yang membutuhkan info tentang ASI, ASIP, lengkap sampai cara perah dan menyimpan plus fotonya (silakan japri kalau ada yang membutuhkan). File ini sudah menyebar ke orang-orang sekitar saya yang kebetulan sedang hamil dan tampaknya tidak teredukasi soal ASI.
Kalau ada rezeki lebih, belikan atau urunan dengan teman yang sepaham untuk menghadiahi mereka pompa ASI. Karena banyak dari mereka yang memberi susu formula hanya karena ibu ada keperluan untuk ke pasar sebentar. Padahal dengan modal pompa 300ribuan saja mereka bisa terus memberi ASI. Pompa pakai tangan? Meski gaji di batas UMR, percayalah susu formula lebih gampang buat mereka.
Tapi kan nulisnya di web komunitas bukan di web pribadi? Ya makanya saya pakai disclaimer bahwa opini itu adalah opini saya pribadi dan sama sekali tidak mencerminkan opini komunitas.
:)
(Baca perjalanan ASI saya di sini: Tentang ASI)
***
Jangan lupa like Facebook Fanpage saya ya! Banyak hal seru yang saya share di sana! Yuks!
-ast-