Jadi di zaman serba kompetitif ini, saya sudah menyiapkan ancer-ancer sekolah buat Bebe. Si Bebe emang baru 1 tahun sih umurnya tapi untuk orang yang maunya riset mendalam, cukuplah ya 5-6 tahun untuk nyari sekolah. LOL.
Yang dicari SD sih sebenernya. Karena akan jadi sekolah pertama yang tanpa main dan Bebe akan menghabiskan 6 tahun di sana. Riset 6 tahun untuk sekolah 6 tahun, logis kan ya logis? *maksa* Untuk TK mah yaaa, gampanglah, toh cuma paling lama juga 2 tahun kan. Dan TK harus nyari yang ada daycarenya jadi pilihannya lebih sempit. Sudah ada beberapa nama TK jadi tinggal dipilih aja nanti kira-kira mau ke TK mana.
Bebe rencananya SD mau di Bandung. Jadi browsingnya udah sekolah di sekitaran Bandung.
Sekolah alam atau sekolah biasa?
Sebelum milih nama sekolahnya, saya, JG, dan ibu saya berdiskusi tentang jenis sekolahnya dulu. Mau sekolah biasa atau sekolah alam? Bukan SD Sekolah Alam ya (ada nama SD itu di Bandung), tapi SD yang basisnya lingkungan dan belajarnya nggak di dalam bangunan kelas. Selama beberapa waktu kami sepakat untuk mencari tahu dulu soal sekolah alam. Untuk homeschooling saya jujur nggak sanggup karena komitmennya tinggi sekaliii. :p
Pertimbangannya karena anak cowo kaann. Dilihat dari kecilnya sekarang aktif banget kaaannn. Jadi sekolah alam sepertinya cocok. Tapi saya garisbawahi, kalau anaknya mau. Kalau tiba-tiba si Bebe di umur 6 tahun jadi pendiam dan suka belajar Matematika gimana? Terus dia maunya belajar dan ikut Olimpiade Fisika gimana? Ya jadi harus cari juga ancer-ancer SD biasa.
Nah pas lebaran kemarin, saya sekeluarga silaturahmi ke rumah atasannya ayah saya di kampus. Anaknya itu lulusan Psikologi Unpad yang juga mantan guru SD MB (meni kudu dirahasiakan yey) di Bandung. Iyaahh, SD MB yang di Arcamanik ituh. XD Dia berhenti sementara jadi guru di SD itu karena dapet beasiswa kuliah S-2 di Australia, di kampus ayahnya. Jadi pas dulu ayahnya kuliah, dia SD di Australia.
Nah pengajaran SD di Australia ini berkesan banget buat dia, sampai dia niat jadi guru SD untuk memajukan pendidikan Indonesia suatu hari nanti. Tercapai deh. Sekarang S-2 nya pun ngambil jurusan untuk jadi guru (apalah aku tak tahu).
Nah, jadi saya dan JG ngobrol-ngobrol lah soal mencari SD untuk Bebe. Seneng karena backgroundnya psikologi dan pernah jadi guru, jadi dia narasumber yang cocok sekali untuk riset saya. Dia bilang, beruntung deh anak yang bisa sekolah di SD MB. Wah, kenapa?
Karena kurikulumnya bagus. Kurikulumnya disesuaikan setiap tahun, tergantung kondisi anak angkatan itu secara umum. Setiap anak juga dikasih pendekatan yang berbeda. SD MB ini juga SD inklusi alias sekolah gabung dengan anak berkebutuhan khusus.
"Jadi kalau anaknya senengnya main yang lebih ke fisik?" pertanyaan terbesar saya dalam memilih sekolah alam atau sekolah biasa.
"Ya, tergantung. Kalau maunya lari-larian, disuruh lari-larian dulu sebelum kelas mulai. Nanti pas kelas mulai, bisa lebih konsentrasi dia," jawabnya.
WOW.
Dia juga menjelaskan, secara umum anak yang sekolah alam nantinya akan lebih sulit berkonsentrasi. Baru akan terasa di kelas 4 di mana anak seharusnya sudah bisa "lebih serius" belajar. Jadi dia sih menyarankan sekolah biasa aja, tapi yang pendekatannya personal. Karena mau main sampai kapan kan? Sekolah memang supposed to be something serious, no?
Observasi
Nah, beruntungnya, salah satu teman SMA JG, ada juga yang psikolog anak dan ibu dari 2 anak. Nanya-nanya juga tentang ini. Dengan mindset baru bahwa sekolah alam mungkin bagi sebagian anak nantinya akan merepotkan.
Surprisingly, dia juga setuju. Menurutnya, PR besar untuk orangtua dengan anak yang super aktif karena bagaimana pun anak harus belajar secara tekstual. Dia sendiri beberapa kali punya pasien siswa sekolah alam yang di kelas 4 SD sulit konsentrasi karena beban tugas makin real sementara dia tidak terbiasa belajar secara tekstual.
Yang bisa dilakukan sekarang adalah observasi. Apa benar anak segitu aktifnya hingga tidak akan bisa konsentrasi di dalam kelas?
"Observasi sampe usia sebelum 8 tahun. Sampai usia 8 tahun, pada umumnya kebutuhan anak-anak memang bergerak. Jadi kalau anak kecil aktif bergerak, biarkan saja," katanya.
Karena menurutnya, secara konsep kalau kebutuhan geraknya terpuaskan, belajar akan lebih tenang. Bergerak juga merupakan eksplorasi dan rasa ingin tahu yang tinggi. Belum tentu anak suka gerak itu hiperaktif atau ADHD (Attention deficit hyperactivity disorder). Saya agak khawatir Bebe ADHD sih sebelumnya karena kebanyakan nonton Modern Family. -_____- Si Luke kan ADHD kan, takut Bebe aktif tuh karena dia ADHD. T____T
Menurut mbak Sofi, tanda termudah untuk tahu anak ADHD atau nggak, bisa dilihat dari ketahanan atensinya. Bisa tahan 15 menit nggak untuk melakukan sesuatu? Kalau anak ADHD, tidak akan tahan main atau nonton TV selama 15 menit. Begituuu. Si Bebe bisalaahhh 15 menit mah. Alhamdulillah. Mengingat JG sepertinya waktu kecil ADHD tapi nggak terdeteksi sih. Dari cerita-cerita dia sih, dia pas sama semua indikator ADHD. Hahahaha. -_____-
Nah karena fix nggak ADHD, ngapain atuh ya sekolah alam? Sekolah biasa ajah? *labil*
Oiya, note ya tentang konsentrasi dan sekolah alam, tidak terjadi pada semua anak tentu saja. Tapi ada kemungkinannya. :)
Indikasi Kesiapan Sekolah
Nah, sekarang soal siapkah anak untuk sekolah? Ada beberapa indikasi yang bisa disiapkan dari sekarang.
Ini saya copy paste dari chat WhatsApp-nya ya. Yang di dalam kurung dan ditulis miring itu komentar saya.
Indikasi kesiapan sekolah anak:
1. Kematangan motorik kasar dan halus. Sangat bermanfaat untuk melatih sikap duduknya, sikap menulis dll. (Ayo buibu, balitanya dilatih ya motorik kasar dan halusnya! Seru dan menyenangkan pakai metode montessori).
2. Melatih fokus/konsentrasi. Setelah usia 5 tahun harus bisa membedakan bermain dan belajar.
3. Melatih komunikasi aktif pada sekitar. Asertif mengungkapkan kesulitan, membagi perasaan, menyatakan keinginan, dll.
4. Melatih dengan situasi sosial yang heterogen. (mungkin anak-anak yang nangis di sekolah saat ibunya pergi itu anak-anak yang tidak terbiasa dengan situasi sosial ini ya. kan banyak tuh anak yang maunya ditemenin ibunya di dalam kelas.)
5. Latih kesiapan kognitifnya. (Apa itu kesiapan kognitif? Saya nggak tahu dan mbaknya keburu harus melakukan hal lain jadi saya browsing sendiri)
Copy paste dari sini.
Aspek Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini
Perkembangan kognitif anak usia PAUD berada dalam fase praoperasional yang mencakup tiga aspek, yaitu:
Berpikir Simbolis: kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.
Berpikir Egosentris: cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain.
Berpikir lntuitif: kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya (intuisi)
*
HAAHHHH. *jarang-jarang nulis blogpost serius, langsung laper nih gue*
Jelas ya kenapa nyari sekolah anak harus dari jauh-jauh hari. Saya punya beberapa alasan:
1. SD MB katanya WAITING LIST-NYA LIMA TAHUN. OMG. Kalau bener artinya saya harus udah simpen nama Bebe mulai tahun depan! Mau SD apa mau naik haji ini teh? -_____-
(Eniwei, buibu ada yang anaknya di SD MB? Konfirmasinya tolong? Saya baru mau ke sana kalau bisa dapet cuti hari kerja T____T)
2. Menyiapkan dana pendidikannya. Naahhh. Ini dong yang paling bikin deg-degan secara dana pendidikan aja kadang masih galau dimasukin reksadana atau dibeliin dokmar hahahaha *jangan ditiru* Iya dana pendidikan sebaiknya disiapkan sejak jauh-jauh hari. Jangan setahun menjelang anak sekolah baru pusing. :)
Saya juga pakai target misal masuk SD xxx sekian juta, itu jadi target reksadana saya. Makanya memilih sekolah juga penting untuk tujuan akhir dana pendidikan kita.
(Baca posting-posting tentang keuangan di sini: Tentang Uang)
Ibu-ibu yang anaknya SD di Bandung. Share dong, SD mana, waiting list berapa tahun, bagus ga kurikulumnya, dkk. MAKAASIIHHHH. *kecups* *semoga ada yang mau share*
***
Jangan lupa like Facebook Fanpage saya ya! Banyak hal seru yang saya share di sana! Yuks!
-ast-