Quantcast
Channel: annisast.com | Parenting Blogger Indonesia
Viewing all 727 articles
Browse latest View live

#SassyThursday: Kekerasan pada Anak

$
0
0


Jadi yah, ini topik ramenya minggu lalu sih tapi ya masa lebaran ngomong topik serius. Jadi topik ini digeser ke minggu ini deh. Yes, tentang si anak yang dicubit gurunya dan gurunya dipolisikan.

Baca punya Nahla di sini:

Ini topik jadi besar banget dan kebagi jadi 2 kubu:

1. Orang-orang yang kecilnya "disiksa" guru dan menganggap si anak cemen serta orangtua nggak tau diri karena anaknya bandel dan cuma dicubit doang kok lapor polisi.

2. Orang-orang yang mementahkan opini orang pertama dan menyuruh untuk berhenti bernostalgia karena bagaimana pun kekerasan sekecil apapun dalam pendidikan itu tidak bisa dibenarkan.

Well, membaca pendapat orang-orang, baca pendapat para praktisi pendidikan dengan data ini itu, apa yang terjadi di negara lain, bla bla bla, saya jadi mikir panjang ternyata saya nggak sepenuhnya termasuk kedua jenis orang itu.

Poin pertama. Saya dan suami tidak dibesarkan dalam kekerasan sekecil apapun. Dicubit pernah nggak ya, dicubit gemes mungkin ya. :| Jadi saya tidak punya pengalaman dihukum guru atau orangtua lewat cara kekerasan. Tidak ada unsur "nostalgia" atau apa.

Poin kedua. Saya setuju bahwa kekerasan dalam pendidikan, oleh guru dan orangtua itu seharusnya tidak terjadi. Tapi di sisi lain, melihat kondisi masyarakat Indonesia, kekerasan itu masih sangat mungkin terjadi dan akan jadi peer sangat besar bagi banyak sekali pihak.

(Baca: Hal-hal penting yang jadi tujuan saat saya membesarkan anak saya)

Pemerintah harus membuat regulasi jelas seperti apa bentuk sanksi yang sesuai untuk anak dengan berbagai level "kebandelannya". Juga seleksi guru, apa kriterianya? Perlu tes psikologi nggak sih untuk jadi guru di sekolah negeri? Dan orangtua, jangan menyerahkan 100% pendidikan anak pada guru dong.

Kaya anak itu, orangtuanya tau nggak kalau dia di usia itu sudah merokok. Bok, anak kuliahan ngerokok mah udah dewasa ya, anak SMP ngerokok apa namanya kalau bukan ingin keliatan keren dan cari perhatian? Kemana orangtuanya selama ini? Itu yang bikin saya gemes. Sampai guru berani mencubit anak orang lain, buat saya si anak mungkin sudah keterlaluan sekali. Malah mungkin bukan cuma sekali ia membandel.

Dan yah, kalau anak dimarahi guru di sekolah apalagi sampai dicubit, tanya lah kesalahan anak apa. Kalau anaknya salah, ya kasih tahu anaknya biar nggak berbuat hal serupa. Kalau si guru malah dilaporkan ke polisi kok rasanya nggak jauh beda ya dengan anak pejabat yang nggak dipenjara padahal nabrak orang sampai mati? Sama-sama anak salah dan dilindungi orangtua kan?

Kaya sahabat saya waktu SMA, cowok, bandel sih nggak, tapi nyebelin. Suka nyontek, berisik kalau di kelas, dan suka nimpal-nimpalin guru. Nyebelin lah pokoknya, ngetes kadar kesabaran guru banget.

Sampai suatu hari, guru favorit anak-anak karena masih muda, suka gundam, bassist band sekolah, marah sama dia karena dia berisik, dia disuruh maju ke depan, nggak ngomong apa-apa tapi kerah baju temen saya itu diangkat gitu keras banget sampai semua kancing copot berjatuh-jatuhan. Kelas hening sampai setahun ke depan.

Apa karena kami takut? Ya, tapi itu sekaligus jadi efek jera. Bukan takut diangkat kerahnya, tapi pengingat kalau guru itu juga punya batas kesabaran dan kita nggak perlu ngetes-ngetes itu.

Gini, ada level orang yang mampu tetap bersuara lembut senyebelin apapun anaknya. Ada yang mampunya hanya meninggikan suara. Ada yang sama sekali tidak mampu bicara lembut dan tidak bisa meninggikan suara jadinya mereka kabur dulu menyendiri kalau sebel sama anak. Ada yang tidak suka seperti itu kemudian jadi nyubit si anak. Ada yang selalu memendam semua emosi, pas keluar tau-tau nonjok orang.

Gimana dong, orang kan beda-beda. Dan segala macam jenis orang ini bisa saja jadi guru dan orangtua.

*tarik napas panjang*

Saya tidak sepenuhnya setuju juga untuk teori "anak yang kena kekerasan saat kecil kemungkinan akan melakukan kekerasan juga pada anaknya". Coba bercermin pada diri sendiri deh. Lihat orang-orang di sekeliling kita.

Generasi kita, generasi Y yang sekarang baru pada punya toddler ini, adalah generasi pembelajar yang belajar dari kesalahan orangtua. Kita adalah generasi yang ikut seminar parenting bahkan sebelum anaknya lahir. Kita adalah generasi yang menyadari di mana letak kesalahan parenting orangtua pada diri kita dan memperbaikinya untuk anak kita.

Seperti suami saya yang selalu diatur orangtua dan bertekad tidak akan mengatur-atur anak saya. Seperti teman saya yang ayahnya selalu sibuk di luar rumah dan bertekad akan selalu meluangkan waktu untuk anak. Seperti teman saya yang lain yang dipaksa orangtuanya masuk jurusan tertentu saat kuliah, kini bertekad akan membantu mencari passion anaknya dan tidak akan memaksa untuk ikut menentukan pilihan masa depan si anak.

Seperti kalian para ibu yang kuat berdebat berbulan-bulan dengan orangtua dan mertua karena tahu bahwa cara orangtua dan mertua ngasih pisang saat si bayi umur 3 hari itu salah. Bahwa menyusui 6 bulan itu tidak merepotkan dan susu formula itu meski mahal juga tetep kalah sama ASI.

Intinya banyak belajar. Usahakan jadi yang pertama dicari anak saat anak sedang tidak nyaman. Sehingga ia bisa jadi anak manis dan nggak bikin sebel guru di sekolah. Kalau anaknya manis masa guru tiba-tiba nyubit atau mukul, kan nggak mungkin kecuali gurunya mabok atau sakit jiwa.

Dan cari sekolah yang sejalan dengan pola pendidikan kita di rumah juga penting banget. Juga sepertinya harus state dari awal kalau kita tidak setuju kekerasan jadi kalau sampai terjadi akan begini dan begini. Karena katanya banyak juga kan sekolah yang masih mukul anak pakai penggaris dan orangtuanya merasa tidak masalah asalkan anak bisa belajar. Jadi ya, baik-baik menentukan pilihan. Tidak menemukan sekolah (yang mendekati) ideal? Ada opsi homeschooling kan? I always be a pro-choice for almost everything so education is no exception.

(Baca: Tahap-tahap Menyiapkan Dana Pendidikan Anak)


Peer yang terbesar jelas di kalangan masyarakat ekonomi rendah. Harus banyak penyuluhan dan sosialisasi pendidikan karena kekerasan sepertinya banyak terjadi di kelas ekonomi itu. Meskipun sangsi yah karena kalau perut belum keisi, mana bisa sih mikirin yang lain?

Saya sebelum punya anak selalu bingung sama orangtua yang nyiksa bayi atau balitanya. Setelah saya punya bayi saya baru sadar kalau nyiksa bayi itu mungkin sekali dengan mudah terjadi. Karena bayi itu ngetes kadar kesabaran banget.

Dia bisa nangis berjam-jam tanpa kita tau alasannya. Kalau orangtua dalam kondisi nggak stres, kita bisa berpikir lurus dan memeluk si anak, cari tau kenapa. Kalau orangtuanya stres misalnya karena nggak punya pekerjaan tetap, karena banyak tanggungan hidup, tangisan bayi cuma tambah bikin stres aja kan. Jadilah si bayi korban.

*

Kalau sampai Bebe jadi korban kekerasan oleh guru? Yang jelas tanya alasannya apa, kenapa dia melakukan hal itu. Saya juga akan kroscek sama sekolah, apa salah anak saya, bicara dengan gurunya dan meminta penjelasan. Kalau memang salah, saya akan minta dia minta maaf pada si guru dan guru pun harus minta maaf karena telah nyubit.

Ya, tergantung level kekerasan dan level kesalahannya lah. Dan damage effectnya juga.

Panjang yaaa, sampai ngos-ngosan nulisnya. See you next week!

-ast-

#FAMILYTALK: Angpau Lebaran aka Uang Lebaran

$
0
0

Aduh jangan pake istilah “angpau”. Menyerupai suatu kaum loh dan mengikuti perilaku mereka. Ih ganti istilah kali. Nanti kafir loh.

*nggak bisa amat nggak sarkas sis?*

Well anyway.

SELAMAT LEBARAN SEMUANYAAAA!

#FAMILYTALK pertama setelah lebaran yang mana minggu lalu nggak nulis karena … lupa. Terlalu heboh dengan liburan yang terlalu panjang. Lelah. Jadi topik minggu ini adalah uang lebaran untuk anak.

Baca punya Isti di sini:

Dapet berapa anak-anak dari angpau lebaran? Bebe nggak terlalu gede sih, 300ribuan gitu kayanya. Karena memang nggak kemana-mana juga pas lebaran. Beda sama saya waktu kecil yang bisa sampai sejuta lebih gitu karena memang mengunjungi dan dikunjungi banyak orang.

Lagian perasaan saya aja apa gimana ya karena makin ke sini juga makin sedikit orang yang ngasih uang lebaran. Ekonomi lagi sulit kali sedunia ya kan, jadi jatah uang lebaran pun berkurang.

Uang Bebe diapain?

Udah nggak tau kemana alias saya pake HAHAHAHAHAHAHA Diniatkannya sih untuk beli sepatu tapi ya belum nemu juga sepatunya, jadi ya nanti kalau nemu saya beliin lah. Sama aja kan.

Tahun lalu juga sama, lupa deh dibeliin apa. *fail* Ya pokoknya saya pake dulu uangnya karena ribet punya uang cash banyak, terus pas Bebe mau apa ya dibeliin.

(Baca: Penting nggak sih beli mainan untuk anak?)


Bebe belum ngerti uang,belum ngerti jajan, belum ngerti beli-beli. Jadi dia cuek aja meskipun ibu saya dan tante-tantenya yang udah kerja melambai-lambaikan uang buat dia, dia lempeng aja main bola sibuk sendiri. Ya udah mereka jadi ngasihnya sama saya. Ibunya balik modal nih LOL.

Karena belum ngerti, saya juga belum berencana ngasih dia pengertian soal uang. Nanti deh kalau dia udah ngerti konsep memberi uang untuk mendapat barang, baru akan diajarkan untuk menabung dan membeli sesuatu.

Sekarang dia ngertinya cuma sebatas kalau lagi di supermarket dan beli minuman atau makanan, minuman dan makanan itu tidak boleh dibuka dulu sebelum dibayar di kasir. Dia tahu bahwa tante kasir akan meminjam minuman/makanan dia untuk kemudian dikembalikan lagi pada dia sehingga boleh dibuka. Tapi nggak ngerti kalau saya harus menukarnya dengan uang.

Dan saya pun tidak berencana memberitahu dia secepatnya sih. Sepertinya akan lebih mudah bicara uang dengan anak TK atau SD dibanding dengan toddler. Karena saya lihat banyak banget balita umur setahun dua tahun udah ngerti jajan. Udah ngerti manggil tukang jualan atau malah udah ngerti artinya ke warung.

Nggak lah Bebe mah nanti-nanti aja.

Uangnya nggak ditabung? Nggak sih karena ditabung buat apa ya? Menabung itu apa? HAHAHAHA Nggak deng. Meskipun masih 5 tahun lagi, uang masuk SD Bebe 50% nya udah aman sih. Uang kuliah lagi dicicil. Uang masuk TK yang belum hahaha. Sombong? EMANG IYAAAA. Karena duh ngerasain banget ribetnya ngumpulin uang buat dana pendidikan karena yah, banyak godaannya. Terutama godaan beli rumah di Jakarta dan sekitarnya. T_____T

(Baca: Tips Beli Buku untuk Balita)

Dan ya, buat beli mainan? Jarang banget Bebe beli mainan karena banyak yang beliin. Beli buku? Buku Bebe banyak. Duh niat dari dulu mau nulis soal buku favorit Bebe tapi lupa terus.

Jadi ya udah, ini tulisan nggak ada intinya sih. Intinya uang angpao Bebe udah habis saya pake dan kalau Bebe mau beli sesuatu ya saya beliin. Gitu aja. Hahahaha.

Kthxbai.

-ast-

Beriklan dengan Facebook Ads untuk Blogger

$
0
0
beriklan lewat Facebook Ads untuk blogger

Perlukah blogger beriklan lewat Facebook Ads untuk menambah page views?


Saya juga bertanya-tanya banget dan akhirnya dicoba sendiri. Hasilnya? Saya tidak menyarankan blogger yang ingin menambah page views, beriklan dengan Facebook Ads.

Note: saya bukan expert, saya pernah belajar soal Facebook Ads dari Aldy Terren tahun lalu dan itu sampai kepala pusing kaya habis kuliah 3 SKS hahaha. Kebetulan di kantor saya juga pegang akun Facebook Ads dan saya terapkan sedikit untuk blog dan page saya sendiri.

Saya rangkum dalam beberapa pertanyaan ya dan hanya akan fokus ke hasilnya. Soalnya akan jadi panjang banget kalau dijelaskan satu-satu apalagi harus sama detail tipsnya. Nggak akan cukup satu postingan.

Apa itu Facebook Ads?

Facebook Ads adalah metode beriklan di Facebook. Jadi kita mengatur budget dan jadwal beriklan untuk postingan fanpage kita, kemudian Facebook akan mengatur di timeline siapa iklan tersebut akan muncul, sesuai target audience yang kita set. Gampangnya, postingan di timeline yang dilabeli "sponsored".

Apa fungsi Facebook Ads?

Sebenernya untuk para pelaku bisnis mengiklankan barang/jasa jualannya. Tapi kan postingan di fanpage kita jadi dibaca oleh lebih banyak orang, makanya banyak blogger/publisher berpendapat, Facebook Ads juga bisa meningkatkan page views.

Jadi ada yang menyarankan, ketika dapat job di blog, boost lah di Facebook Ads sehingga page views bisa bertambah dan laporan performance blog post bisa lebih bagus.

Ya dan tidak sih. Baca terus ya, nanti saya jelaskan alasannya di bawah.

Benarkah Facebook Ads bisa meningkatkan page views?

Ya, tapi kecil sekali dan tidak signifikan. Saya tetap lebih banyak dapat page views organik/tidak berbayar daripada dari Facebook Ads. Kecuali mau investasinya gede (baca jutaan rupiah) ya bisalah dapet page views tinggi. Tapi memangnya dibayar berapa sama klien sampai bisa investasi di Facebook Ads jutaan rupiah? ;)

Dan ini harus di-bold:

Ketika kita "Boost Post" atau pakai campaign "Website Clicks", laporan Facebook Ads tentang website clicks/link clicks dengan kenyataan di Google Analytic itu BEDA. Facebook mendefinisikan sendiri "website clicks" mereka dan itu BUKAN views sebenarnya.

Misal dengan budget Rp 100ribu, di laporan Facebook Ads kita dapat 500 website clicks. Cek di Google Analytic, hasilnya PASTI nggak segitu. Paling dapet 50 views. Dan laporan mana yang kita kasih ke klien? Laporan Google Analytic dong ya kan.

Jadi perhitungannya bukan 100ribu=500 clicks lagi (seperti yang Facebook laporkan pada kita). Tapi 100ribu=50 views (seperti laporan Google Analytic). Kalau menurut saya sih nggak worth it membayar 2ribu rupiah untuk satu views di blog. Kalau ada yang merasa worth it sih silakan dicoba. :)

Mengingat perbedaan hasil di laporan Facebook dan Google Analytic, ada 2 hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan Facebook Ads:

1. Para expert pasti menyarankan untuk pakai utm tags setiap bikin campaign di Facebook. Gunanya untuk memeriksa efektivitas campaignnya, seberapa banyak orang yang klik? Tapi buat blog saya terlalu malas hahahaha jadi kalau buat blog saya pakai cara nomor 2.

*UTM tags itu tag pada URL yang biasanya digunakan untuk campaign. URL yang diberi utm tags, akan muncul medium campaign yang digunakan, source, dan nama campaignnya. Misal URL saya untuk Sociolla:

http://www.sociolla.com/?utm_source=community&utm_medium=cpc&utm_campaign=annisasteviani

Dengan URL itu, Sociolla bisa cek, seberapa banyak yang klik link saya. :)

2. Saat share ke fanpage, shorten dulu URL dengan bit.ly atau goo.gl. Shorten dulu lalu share jadi thumbnailnya benar-benar dari hasil shorten URL. Pastikan kita login ke akun bit.ly dan goo.gl nya supaya bisa balik lagi dan cek performance-nya.

URL yang sudah di-shorten ini jangan di-share ke mana pun! Khusus untuk menghitung clicks dari Facebook Ads aja. Kalau mau share ke medium lain, pake link utuh aja atau shorten pake akun bit.ly lain.

Sekarang lihat contoh di bawah ini. Ini salah satu campaign di fanpage saya yang pakai campaign Website Click. Ada juga yang pakai Boost Post tapi males screencapture hahahaha *failed*.

Ini report dari Facebook Ads, reachnya sampai 21ribu, likes 33 orang. Dan menurut laporan ini, ada 523 orang yang klik linknya. Kenyataannya?



Kenyataannya saya pengen duduk bareng sama Mark Zuckerberg dan nanya pengertian LINK ITU MAKSUDNYA APA DAN YANG MANA?

Karena ketika dicek di akun bit.ly kita. Hasilnya cuma 67 orang yang klik link bit.ly kita. Link ini nggak saya share di mana pun kecuali fanpage jadi saya yakin ini hasil real dari ads yang kita pasang.

*nangis*


Kalau pakai Boost Post, dengan budget yang sama biasanya memang lebih banyak yang like dan share. Tapi link clicks-nya yang begitu-begitu aja, nggak mencerminkan kenyataan di lapangan. Begitu kayanya emang kebiasaan orang di socmed, klik like, klik share, tapi postingannya nggak dibaca. *sigh*

*

Jadi yah, intinya Facebook Ads bukannya nggak penting. Penting banget tapi BUKAN untuk nyari page views secara langsung. Kalau punya budget untuk marketing, saya sih sarankan dipakai untuk menambah jumlah likes di fanpage atau menambah subscribers/followers blog. Jadi campaignnya bukan Website Clicks tapi Page Likes atau Conversion.

Kalau Page Likes mah wohhh cepet banget dan hasilnya real banget. Budget sekian, harga per satu likes sekian, dapetnya sekian. Kalau dimodalin, cepet banget itu fanpage nambah like-nya. Saya mah ogah. Hahahaha. Sayang uangnya, mending buat beli skin care LOL.

Boleh juga pasang ads untuk job review tapi bukan untuk nyari page views. Ya nyari reach ajalah, nanti postingan Facebook juga biasanya kita laporkan ke klien kan. Nah bagus kan kalau reachnya gede dan yang likes banyak. Peernya tetep di page views, cari cara lain untuk nyari page views. Hehehe.

Facebook Ads bisa juga digunakan untuk brand awareness dan menambah pembaca baru. Karena bisa diset kan audiencenya orang yang belum like page kita atau orang yang sudah sekian bulan nggak mengunjungi website kita.

Dan balik lagi, konten shareable juga penting. Kalau udah shareable dan potentially viral sih nggak usah dipasangin ads juga sharenya bisa puluhan ribu kok. Page views ya mengikuti. :)

Ini semua dari sudut pandang blogger/publisher ya plus tergantung niche blognya juga. Kalau blognya full tentang tips (apalagi tips bisnis/SEO/SEM/digital marketing) atau ngasih free course, sepertinya akan lebih efektif beriklan di Facebook Ads. Saya nggak tahu karena nggak punya blog dengan niche itu tapi baca-baca pengalaman orang lain sih sepertinya begitu.

*

Karena hasil dari Facebook Ads segitunya, saya jadi mikir apa sayanya ada yang salah hahahaha. Tapi saya udah A/B testing dengan berbagai image, berbagai audience, berbagai kalimat, dan ya views mah tetep nggak banyak. Sebelnya itu nggak sesuai antara laporan Facebook dan views yang sebenernya. Dan yes, saya pakai Audience Insight untuk targeting, yang di-cross check dengan demographic dan interest di Google Analytic. Jadi tidak asal-asalan juga menentukan audience-nya.

Ada yang punya pengalaman dengan Facebook Ads untuk blogger/publisher? Share yuk! Mau banget diskusi soal ini! :D

-ast-

No Poo Movement: Ayo Hidup Tanpa Sampo

$
0
0

Adakah yang sudah pernah dengar No Poo Movement? No Poo ini bukan ~literally~ nggak pup ya hahahaha tapi kependekan dari No Shampoo alias gerakan nggak sampoan.


Hidup gue pemalesan amat ya, taun lalu bikin heboh gara-gara gerakan tanpa setrika, sekarang malah mau pengaruhin orang buat nggak sampoan LOL.

Jadi gini ...

...

tau kan teori "jangan sering cukur bulu kaki nanti rambut yang tumbuh makin tebal" atau "jangan cuci muka terlalu sering karena akan bikin kulit muka lebih berminyak"? Ternyata kedua teori itu belum ada bukti ilmiahnya TAPI kalian percaya kan? Kalau percaya, maka harusnya percaya dong sama teori "jangan sering sampoan nanti rambutnya makin berminyak".

NAH.

Jadi awal dari gerakan tanpa sampo ini adalah teori itu. Bahwa sampo memang membersihkan minyak dan kotoran dari rambut kita. Tapi semakin sering dipakaikan sampo, makin banyak juga produksi minyak di kulit kepala kita.

Sementara kalau kita nggak sampoan, maka tubuh kita akan kasih sinyal untuk nggak usah produksi minyak banyak-banyak karena minyaknya udah cukup dan nggak kebilas sampo.

Apa keuntungan dari No Poo Movement?

- Less shampoo, ramah lingkungan karena nggak bikin buih buat air, dan nggak buang-buang botol plastik.

- Mengurangi kadar "bahan kimia" yang mampir ke tubuh kita. Kebanyakan sampo masih pake paraben loh. Sampo juga biasanya mengandung sulfat yang bikin rambut kering terutama untuk rambut keriting yang cenderung lebih kering daripada rambut lurus.

- Mengurangi lama waktu mandi. Hahahahaha. Bok yaiyalah, sampoan, conditioner-an, maskeran, lama bener mandinya. Irit waktu, bisa buat bobo.

- Kata orang-orang yang udah nyoba bertahun-tahun nggak pakai sampo, rambut jadi lebih sehat dan berkilau. Nggak kusut padahal nggak pake conditioner. Ya intinya tubuh akan punya jalan keluar sendiri.

*minum cuka apel*


Terus bersihin rambutnya pake apa?

- Ganti sampo dengan larutan baking soda dan air, pokoknya campur sampai jadi pasta aja. Kemudian pake di kulit kepala, nggak perlu sama rambutnya.

- Conditioner diganti dengan larutan cuka apel dan air 1:1. Caranya, pakai kaya conditioner biasa aja, usapkan di batang rambut dan diamkan sejenak terus bilas pakai air.

- Yang udah kebiasa sih mereka udah punya campuran ini di kamar mandinya, jadi nggak mendadak bikin lagi. Dibikin banyak sekaligus di botol aja. Dan ini dilakukan seminggu sekali.

- Yang lebih ekstrem lagi, ada yang sama sekali nggak pake baking soda atau apapun juga, cuma bilas pakai air aja setiap hari. Cuma sebulan sekali keramas pakai baking soda dan cuka apel. Talk about going back to nature like a real homo sapiens.


Gue baca success stories orang sih hasilnya pada oke ya. Mereka bilang 2 minggu sampai sebulan pertama emang rambut rasanya jadi jorok banget karena ya maklum kan masa penyesuaian. Tapi setelah sebulan, rambut jadi berkilau, gampang ditata, dan nggak berminyak lagi.

Malah yang ketombean jadi sembuh. Dan surprisingly rambutnya nggak bau. Ya nggak wangi juga, tapi nggak bau. Nggak bau cuka juga, nggak berbau aja. Disisir pun gampang, dan rambutnya harus disisir untuk meratakan minyak alami dari kulit kepala, ke batang rambut.

And I'm lazy hipster enough to try! *hipster kok ngaku lol*

Tapi karena malas bikin baking soda-baking sodaan ya akhirnya nyoba ngurangin sampo aja, nggak betul-betul 100% nggak sampoan. *GAGAL HAHAHAHA*

Jadi dulu sebelum berjilbab, biasanya saya keramas 2 hari sekali. Jadi selang sehari pasti keramas. Atau kalau kerasanya lagi lepek banget ya keramas lah tiap hari.

Sekarang saya keramas seminggu sekali dan rambut nggak lepek lagi padahal pake jilbab kan. Awal-awal sih iya, greasy dan lengket. Tapi ya udah tahan-tahanin aja seminggu penuh baru keramas.

Di minggu kedua udah kerasa lepeknya berkurang banget. Sekarang udah setahunan kali ya saya keramas seminggu sekali, nggak ada lepek-lepeknya ini rambut. Nggak ketombean, nggak rontok, dan nggak pernah nyisir pun tetep halus.

Tapi saya seminggu sekali itu tetep sampoan pake sampo dan pake conditioner juga. Nggak pake baking soda dan cuka apel. Intinya, kita bisa kok mengurangi sampo!

Untuk cuka apel sebagai conditioner sih sih udah ketauan banget ya manfaatnya. Nanti mau tulis sendiri ah soal manfaat cuka apel ini, Jadi suami akoohh, JG kulit kepalanya itu ketombean dan merah-merah. Itu karena rambutnya tebel banget jadi nggak kena udara sama sekali. Akhirnya saya botakinlah rambutnya, dicukur habis.

Terlihatlah blok-blok ketombe dan merah-merah yang banyak banget. SUPER GROSS. Saya sampai khawatir gitu temen-temen kantornya pada enek karena parah. Terus malem itu juga seluruh kepalanya saya pakein cuka apel dicampur air 1:1. Basahin kapas pake larutan itu kemudian cocol-cocol ke bagian yang ketombean dan merah.

Besok paginya semua jadi menghitam. Yang merahnya udah nggak ada sama sekali, yang ketombe jadi makin kering sampai rontok sendiri. Pagi malem rutin pake dan hari ketiga semua ketombe hilang, merah-merah nggak ada lagi. Sembuh sampai sekarang!

*

Tapi girls, berat banget emang ya nggak sampoan itu. Saya juga berani keramas seminggu sekali karena pake jilbab sih dan kalau pake ojek juga deket jarak 3 km doang. Jadi nggak pernah bad hair day. Saya juga sejak pakai jilbab berhenti cat rambut dan rambut rasanya jadi sehat banget, nggak bercabang kaya dulu zaman diwarnain terus. Ya kan go natural, masa cat rambut. Cat rambut pake daun suji kali ya biar ijo. dan pake beet root biar merah nyahahahaha.

Saya juga nggak kebayang yang ikutan no poo movement ini tapi tiap hari naik motor di Jakarta. Atau naik ojek ke mana-mana. GATEL BOK. Atau abis nge-gym, keringetnyaaaa. Apakah baking soda akan sanggup? Dan yah, unicorn serta mermaid hair itu kan cantik bangeeeettt. Bay bay baking soda ya kan.

Ada yang mau coba?

-ast-

Success story lol:
https://thehairpin.com/what-ive-learned-from-three-years-without-shampoo-34bc2ed8a8d2#.z1exvzs8w

No Poo Forum:
https://nopoo.net/

Source:
http://www.wikihow.com/Wash-Your-Hair-Without-Shampoo
https://thehairpin.com/how-to-quit-shampoo-without-becoming-disgusting-59726e27bf78#.5p9rfwhl1
http://www.health.com/health/gallery/0,,20788089,00.html#baby-powder-or-dry-shampoo-can-help-tide-you-over-0
https://www.nopoomethod.com/

#SassyThursday: The Socmed Idol

$
0
0

Oke, jadi timeline beberapa hari heboh karena idola remaja masa kini berfollowers lebih dari 500ribu di Instagram PUTUS SAMA PACARNYA. She’s underage, her ex boyfriend is only 16 years old. Tapi putusnya si neng yang bahkan bukan artis TV ini dramanya udah jadi trending topic dan sampai dibahas di radio-radio katanya.

Paling ngakak pas diskusi (diskusi bener) sama temen-temen kantor terus muncullah keputusan bahwa KAYANYA si cowok disuruh putus sama mamahnya sih ya kan. Abisan si cewek ini tipe bad girl dengan cropped top dan sneakers mahal, ngerokok, tatoan, ngomongnya kasar. Kata mamah harus pacaran sama perempuan baik-baik. LOL

Baca punya Nahla di sini:

Tapi si cewek ini feed Instagramnya rapi jadi enak dilihat, wajar followersnya banyak. Followersnya sering berkomentar dengan #goals untuk foto OOTD dia, #relationshipgoals dan mention pacar masing-masing dengan “yang kita kapan gini?” di foto dia sama (mantan) pacarnya, dan #friendshipgoals serta #bffgoals di foto dia sama sahabat-sahabatnya. Kurang apa? Apa kurang banget?

Yang baru tau si neng minggu ini pasti bingung. Apa spesialnya? Kenapa sih dia heboh?

Ya iyalah kalau baru taunya sekarang mah nggak akan ngerti. Sama kaya gini, kalian baru pertama kali denger nama Kanye West hari ini. Terus bingung kenapa minggu ini sedunia tiba-tiba ngomongin dia.

Ya karena dia memang ngetop dari dulu, orang mah udah tau dia dari dulu, terus ada kejadian “penting” di hidup dia. Ya followersnya ngomongin lah. Yang nggak tau dia siapa mah ya gimana mau ngerti kan?

Si neng satu ini juga followersnya udah banyak dari dulu. Karena dia putus aja jadi pada gatel pengen ngomong juga di socmed.

Kalau yang udah tahu dia dari dulu komentarnya:

“WAAHHH PUTUS, TERUS FEED INSTAGRAMNYA GIMANA?”

*anak Instagram sejati* lolol

Abisan feed Instagramnya tematik 9 foto dengan color scheme berbeda yang artinya kalau dia hapus foto-foto sama mantannya yang random di antara 9 foto, feed tematik 9 foto itu akan kacau balau. Padahal dulu dia nggak pakai color scheme 9 foto, pake pink doang. Ehalah ganti gaya. Kacau kan pas putus lol.



Terus setelah mikirin feed yaaa, langsung kasihan aja sih. Ya lo diputusin cuma karena disuruh sering ngabarin.

“Kamu nggak perlu ngabar-ngabarin aku lagi kalau kamu mau pergi sama temen-temen kamu,” kata si neng di videonya.

Padahal yah, pacaran umur segitu kan template-nya begitu. Ceweknya manja posesif pengen dikabarin terus. Sementara cowoknya masih mau main sama temen-temennya dan emang beneran lupa ngabarin atau males ngabarin karena nggak suka cewek posesif. Tapi cewek posesif ini menyenangkan untuk ditaklukan so yeah. Lingkaran setan.

Been there. LOL

*kemudian semua ilfeel sama gue dan close tab dan blok blog gue* JANGAN DONG JANGAN AH.

Tapi intinya bukan itu. Intinya adalah kasihan sama anak remaja zaman sekarang karena masa remaja mereka dihantui social media. Kaya yang Justin Bieber pernah bilang (kurleb): “Pas pacaran sama Selena gue nggak tau mana yang real mana yang bukan. Mana yang private mana yang public. Karena semua orang ikut dalam setiap gerak-gerik kita. Sampai kita bingung sebenernya kita ini beneran pacaran atau cuma karena terbawa euforia fans aja.”

Dan sebagai Jelena shipper #1 aku patah hati sampai sekarang. *krai*

(Baca juga: Menjaga Ucapan di Social Media)

Terus banyak yang bilang: “duh anak jaman sekarang, hidupnya kok gitu amat”

Lhooo. Dari zaman gue sekolah dulu juga udah banyak kan cewek ngerokok. Banyak juga yang kalau lagi nggak sekolah pake cropped top dengan udel ke mana-mana dan pake piercing. Temen SMA ada juga yang udah tatoan dari SMA. Cewek ada cowok ada. Dan akuilah memang orang-orang kaya gini populer kan. Cuma dulu jadi bintang sekolah doang, sekarang jadi bintang Instagram.

Dan banyak juga yang bilang “Miris deh orang kaya gini diidolakan remaja”

Ya miris tapi gue ngerti-ngerti aja sih kenapa fansnya banyak. Because she’s living her fans' dream. Banyak remaja yang memimpikan hidup bebas tanpa serumah sama orangtua, punya sahabat yang juga housemate, punya penghasilan sendiri dari Instagram dan YouTube jadi nggak perlu bergantung sama orangtua. Punya kebebasan untuk menentukan itu tangan ditato atau nggak, rambut blonde atau nggak, endebrei endebrei …

… and party like there’s no tomorrow.

We’ve all been there, no?

Kita semua punya impian dan ketika ada orang yang hidup di mimpi-mimpi kita, orang itu langsung jadi idola kita.



Lanjut pernyataan berikutnya: “Orangtuanya pada ke mana sih?”

Ayah dan ibunya si neng? Ada tuh di Instagramnya, suka upload foto keluarga. Di ask.fm juga suka pap (post a picture, in case you're not familiar with ask.fm) foto keluarga.

“Kalau orangtua fansnya pada ke mana? Tau nggak sih anaknya mengidolakan perempuan yang bertato dan ngomongnya banyakan anjingnya daripada kata-kata lain?”

Well ya, nggak semua orangtua cukup dekat dengan anaknya sampai tahu persis apa keinginan anaknya yang paling terpendam. Seberapa banyak dari kalian semua yang pengen punya tato terus bilang sama orangtua?

Gue bilang. -______- Umur 14 tahun, pengen ditindik berjajar di telinga.

Nyokap gue: “Tindik tambahan dan tato itu nggak bisa jadi PNS loh, cari kerja juga susah karena banyak perusahaan yang nggak mau karyawannya ada tindik dan ada tato. Kalau kamu pulang sekolah tiba-tiba punya tindik atau punya tato, terserah. Ibu nggak akan marah tapi tanggung sendiri semua risikonya.”

Dulu gue percaya sepenuhnya karena industri kreatif belum kaya sekarang. Lah sekarang orang mau tato sebadan-badan juga bisa jadi CEO kok, nggak perlu jadi karyawan asal punya karya juga bisa kaya dan hidup bahagia. Dan dosen PNS dengan tindik berjajar-jajar di telinga juga ada, jadi ya nasihat ini sudah tidak relevan.

Tapi poinnya adalah, keterbukaan dalam keluarga bikin gue ngomong kalau gue pengen ditindik dan somehow sebenernya ada masanya pengen punya tato (kaya si neng). Meskipun ujung-ujungnya gue nggak jadi ditato karena takut nggak punya kerjaan. Dan takut sakit. Bok, nggak berani lah udah. Liat orang lagi ditato aja gue yang mau pingsan, apa kabar gue yang ditato. *lirik gesi dan adit* lol

(Baca juga: Cerita gue waktu SMA, berantem terus sama nyokap karena teman adalah segalanya)

Dan ketika si neng putus (sama pacarnya yang cuma 16 tahun dan baru 5 bulan pacaran) …

Gue ngikik aja. Neng, itu cuma fase kehidupan yang akan kamu lewati. Nanti 5 tahun lagi aja berasa tolol kok pasti nonton video itu nangis-nangis. Banyak kok orang yang nangis-nangis karena diputusin pacarnya, cuma yang lain nggak punya subscribers YouTube banyak jadi ngapain nangis depan kamera. Kalau neng kan banyak, lumayan lah nangis-nangis dapet penghasilan juga dari views ya kan.

Salut banget karena itu partynya sponsored ya. Kebayang sih harus ngejalanin sesuatu dengan nangis-nangis karena profesionalisme. Ya gimana lagi kan? Mau nggak mau dramanya jadi kebawa.

Gue juga kasian karena dia nggak pernah nyakitin orang tapi disakitin mantannya sampai dijepit kakinya. Meennn, cowok macam apa yang menjepit kaki ceweknya sampai nangis. Untung putus, daripada KDRT berlanjut kan kasian.

Dan yes setuju sama nasihat BFF nya si neng, bahwa bullying dan nyuruh orang bunuh diri itu nggak sepele loh. Banyak remaja korban bullying yang jadi beneran ingin bunuh diri. Di Instagram banyak. Bahkan banyak yang set bio akan bunuh diri kapan. Makanya kalau search hashtag “suicide” langsung dapet pop up message bantuan yang mungkin dibutuhkan. Di YouTube juga banyak cewek-cewek yang curhat karena korban bullying. Itu parah sih.

Dan si neng emang banyak yang bully bilang dia nyakitin cowoknya duluan lah blablabla. Karena si cowoknya juga banyak fans kan. Ya risiko pacaran di depan umum sih. Gimana lagi.

Udalah cuek aja, kibas rambut dan pake lipstik merah. Biarkan anjing menggonggong.


Dari gue sebagai orangtua pada perilaku anak-anak "zaman sekarang"

Intinya jangan jadi orangtua yang cuma bisa larang-larang anak. Besarkan anak dengan membiasakan diri terbuka dengan orangtua. Jangan jadi orangtua yang hanya bisa marah ketika anak berbuat salah tapi bukan jadi tempat dia berbagi masalah.

Bicarakan juga dengan suami apa yang akan kita lakukan kalau suatu hari dia bilang dia punya pacar, dia mau pergi sama pacarnya, dia coming out gay, dia narkoba, dia dipenjara, dia hamilin anak orang, atau dia mau pake piercing atau tato. Apa yang akan kita lakukan? Bukan mendoakan terjadi tapi mempersiapkan yang terburuk. Seperti kita mempersiapkan asuransi jiwa dan dana pensiun.

Begitulah.

(Baca: Perempuan harus mandiri, bukan takut suami poligami, tapi ...)

Udah ah aku lelaaahhh. Let’s move on to Tay and Kimye, shall we? LOL

-ast-

#FAMILYTALK: Dekat dengan Anak

$
0
0

I know the title is a lil bit weird tapi ya itulah intinya. Intinya adalah gimana cara kalian buibu mendekatkan diri dengan anak? Bagaimana dengan anak selalu terbuka sama kita?

Apalagi buat kalian yang nggak dekat sama orangtua ya, pasti bertekad untuk nggak mau gitu sama anak dong? Saya sendiri sih tengah-tengah sebenernya. Saya cukup dekat dengan ayah dan ibu, tapi tidak sedekat itu sampai level curhat saat saya punya masalah dengan pacar saya.

Baca punya Isti:

Pas ketemu JG saya kaget karena saya segitu mah nggak ada apa-apanya hahahahahha. JG tipe yang cerita SEMUANYA sama ibunya. Yang setiap hari telepon ibunya dan cerita segala macem. Agak jet lag dan culture shock sih karena ketauan kalau berantem, berantem kenapa lol. Pas pacaran, nggak sekali dua kali dia marah entah kenapa dan saya nanya ibunya. :|

Untung pas sekarang nikah mah nggak. We tend to hide bad news and only tell them the good ones. Karena takut mereka khawatir aja sih.

Karena liat JG begitu, saya mau Bebe juga gitu nanti di masa depan. Curhat sama saya soal apapun dan nelepon saya tiap hari muahahahahaha *posesip*. Caranya gimana ya?

Nggak tau-tau amat sih lol. Ya gimana, punya anak aja baru 2 tahun terakhir kan.

Saya cuma lakukan hal-hal ini.

1. Bertanya
Kalau udah sama saya, saya tanya Bebe banyak hal. Di daycare ngapain aja, siapa yang nangis, siapa yang udah pulang duluan, makan sama apa, dan apalah banyak banget pokoknya. Dan dia jawab.

Saya juga bercerita apa yang saya lakukan. Tadi ibu blablabla. Dia nggak ngerti-ngerti amat sih tapi ya tidak ada salahnya memulai sesuatu yang baik dari kecil. Dan bertanya ini bisa jadi quality time banget.

So far, Bebe belum pernah bohong. Kalau mbaknya bilang dia tadi nangis dan saya tanya, ia jawabnya sama. Kalau mbaknya bilang dia tadi di timeout, maka ia pun tidak berbohong. Karena apa?

2. Tidak mudah marah

Saya berusaha tidak memarahi Bebe untuk hal-hal kecil, apalagi yang sifatnya tidak sengaja. Waktu kecil, ibu saya selalu marah kalau saya misalnya menumpahkan sesuatu, karena peer beres-beresnya katanya. Padahal ya saya juga mana mau kan menumpahkan sesuatu.

Pada Bebe, saya berusaha sabar. Ya kalau menumpahkan minum, diberi lap aja diminta lap sendiri. Kalau Bebe mainannya berantakan, ya tinggal diminta aja baik-baik untuk bereskan mainan. Ini susah banget sih.

Tapi "takut dimarahi" ini efeknya besar. Dulu banyak hal yang tidak saya ceritakan pada ibu saya karena saya tau dia akan marah. Jadi ya banyak hal yang saya sembunyikan juga. Makanya saya nggak mau Bebe seperti itu.

3. Menjawab semua pertanyaan Bebe

Yang mana satu pertanyaan bisa ditanyakan lebih dari 10 kali kalau dia belum ingat. Misalnya di rumah mertua, ada kumang punya kakak sepupu Bebe.

Bebe: "ibu ini apa?"
Ibu: "ini namanya KU-MANG"
Bebe: "cumang ibu? ini apa ibu?"
Ibu: "ini KUMANG bukan cumang"
Bebe: "cumang ibu cumang?

Dan seterusnya sampai dia ingat kalau itu namanya kumang.

Saya nggak berani nggak jawab. T______T Banyak saya liat ibu-ibu yang nggak jawab anaknya. Dijawab dengan.

"Iya dek duh udah sih kok nanya-nanya terus!"

atau

"Iya udah ah ssttt berisik!"

T______T

Kasian. Belum pernah sekali pun saya suruh Bebe berhenti ngomong dan percayalah dia anaknya cerewet banget.

Jadi inget kemarin-kemarin di Kidz Station Sency ada anak kecil. Mungkin sekitar 3 tahunan karena badannya lebih gede dari Bebe. Dia ngomongnya belum lancar, payah banget, tapi dia blabbering sambil tunjuk ini itu. Dan ayah ibunya lempeng aja kaya anaknya itu bisu. Mereka sibuk sendiri cari-cari mainan. Nggak nanggepin sama sekali.

Saya sapa dong karena nggak tahan. Ternyata dia cuma tunjuk mainan dan sebut namanya.

Dia: "mobil" *sambil tunjuk mobil*
Saya: "wahhh iya ini mobil ya, pintar!"
Dia: "kereta" *sambil tunjuk kereta*
Saya: "iya itu kereta namanya Thomas"

Dan taukah kalian pas mereka mau bayar ke kasir, anak ini nggak mau beranjak dan malah pegang tangan saya, masih sambil ngomong dan nunjuk ini itu.

PATAH HATI. T_______T Kasian banget itu anak nggak ditanggepin sama ayah ibunya sampai ia rela pegang tangan saya yang stranger karena saya nanggepin dia.

Ibunya malu: "Dek, itu tangan siapa, salah mama ya."

Saya: "If you're his mom, then act like one."

*tapi dalam hati*

-________-

Ya kebayang nggak sih anak-anak yang nggak ditanggepin dari kecil gini, pas gede ga ditanggepin juga dan malah jadi ngobrol sama orang lain. Malah jadi lebih nyaman cerita sama orang lain. Jangan sampai itu terjadi sama Bebe.

T_______T

Apalagi ya? So far itu aja sih. Ada yang mau menambahkan?

-ast-

Back to YouTube: Philips Hairclipper Review

$
0
0

Hai hola!

*Itu di cover muka w ga ens bet ya kan lol*

Kalian pada tau nggak sih kalau saya dan JG itu YouTube-an dulu? Dulu waktu abis nikah dan belum hamil apalagi melahirkan? Lihatlah betapa kami sangat muda waktu itu. Ya lebih muda 3 tahun lah lol.

Terus akhirnya minggu lalu bisa syuting lagi karena Bebenya udah ngerti apa itu video hahahaha. Tapi ya gitu, sadar dia nggak diperhatiin, jadinya nyari perhatian deh Bebenya. Video ini nggak pake backsound audio karena full backsound by Bebe. XD

Ok jadi pas memutuskan syuting, kami nggak tau mau syuting apa. -______- Tadinya mau Bebe's Book Collection tapi entah kenapa tiba-tiba muncul ide review benda kesayangan terbaru yaitu Philips Hairclipper series 3000 ini. Ini alat potong rambut botak yang praktis banget.

Karena bangkrut bok kalau sebulan sekali JG harus botakan ke barbershop terus. Plus Bebe dipotong rambut sama saya aja bisa 2 hari saking nggak bisa duduk diam dalam waktu lama. Jadi hari pertama, dia harus survive dengan potongan rambut yang belum rata, ada yang botak ada yang panjang. Nanti hari kedua, saya rapihin lagi.

Dia sebenernya nggak bosan disuruh duduk potong rambut, tapi potongan-potongan rambut yang jatoh ke leher itu bikin cranky. Pasti teriak-teriak "gatel ibuuu! gateeelll! mandi aja ibu mandi!" -_____-

Jadi saya nggak mau ke salon bayi karena takut potongnya belum selesai, dia udah cranky mau kabur. Mana 150ribu pun ya kan sekali potong. BHAY.

Makanya beli ini deh, nemu di Ace Hardware harganya Rp 580ribu, garansi 2 tahun. Kelebihannya:

- Kids safe, family perfect! *ini tagline nyontek di websitenya hahahaha* ini cukuran khusus buat anak jadi ada sisir khusus buat anaknya juga.

- 13 ukuran, dari 0.5 mm (hampir botak) sampai 23 mm.

- CORDLESS alias nggak perlu keserimpet kabel!

- Teorinya harus dicharge 8 jam (bok lama juga ya, gue kemarin charge 2 jam doang dipake 3x belum habis batrenya)

- Pisau bisa diganti kalau udah nggak tajem. Banyak soalnya hairclipper merek Cina gitu dan kalau udah nggak tajem ya udah beli lagi yang baru karena pisaunya antara nggak bisa diganti atau nggak available di Indonesia.

Udah sih itu aja. Doakan bisa bikin video seminggu sekali yaaaa! Ini videonya dan jangan lupa subscribe! :D



Iya itu ada bayangan lampu di kacamata karena aku malas pake make up kalau kacamatanya dibuka. Mending ada bayangan daripada effort make up dulu hahahaha..

Happy Monday!

-ast-

Bebe's Story 7-17

$
0
0

Kembali di Bebe's Story!

Si Bebe tiap ngomong suka lucu gitu sih jawabannya tapi kadang saya lagi ga pegang hp terus keburu lupa. Jadi ini yang kebetulan ketulis aja. Dan mulai sekarang update Bebe sekian bulan itu udah nggak akan saya update lagi ya, makin sini makin kurang nyaman karena banyak yang jadi membandingkan dengan anaknya.

Kalau masih di bawah 1,5 tahun sih meskipun beda tapi masih bisa dibandingkan, makanya ada aplikasi Wonder Weeks kan untuk tahu perkembangan anak. Kalau udah lewat 1,5 tahun udah beda, Wonder Weeks aja udah nggak bisa perkirakan apalagi gue? Jadi ya mending distop ya daripada bikin ibu-ibu galau. Sebagai gantinya saya akan rajin-rajin bikin Bebe's Story yaaa. Hehehe.

Ini banyak karena dari dulu mau publish lupa-lupa terus.

#8
Saya doktrin Bebe dari bayi kalau ditanya "ibu cantik nggak?" jawabannya harus cantik. Sampai kalau liat foto saya dia otomatis bilang "ibu cantikkkk!". JG nggak mau kalah pengen ikut-ikutan, tapi gagal doktrin baru dimulai setelah Bebe bisa ngomong dan bisa mengungkapkan pendapat.

Ibu: "Be, ibu cantik ga?"

Bebe: "Cantik!"

Appa; "Appa ganteng nggak?"

Bebe: "Nggak"

Appa: "Ganteng ih Be!"

Bebe: "NGGAK!"

MUAHAHAHAHAHA.

Di kesempatan lain.

Appa: "Be, kok Bebe lucu sih?"

Bebe: "Ganteng appa, ga lucu appa"

HAHAHAHAHAHAHA

*

#9
Di mobil, pulang bareng Ara. Ara teman sekolah Bebe yang juga tetangga rumah. Di lampu merah, ada kucing lewat di trotoar.

Bebe: "Kucing! ARA, ADA KUCING ARA!" *heboh nunjuk-nunjuk kucing di trotoar*

Ara: *kedip-kedip sambil tiduran tanpa noleh ke jendela pun*

Bebe: "ARAAA! KUCING ARAAAA!" *berdiri di kursi dan masih heboh nunjuk kucing di trotoar biar Ara ikut liat juga*

Ara: *kedip-kedip sambil tiduran tanpa noleh ke jendela pun*

Karena Ara umurnya baru 4 bulan, Bebeee. T________T

*

#10
Lagi makan sesuatu yang berkuah. Pake sendok dong ya kan, Bebe mau kobok pake tangan.

Ibu: "Be, jangan pake tangan!"

Bebe: "Pake kaki, ibu?"

Innocent at its best.

:|

*

#11
Pagi-pagi. Bebe udah bangun dan masih main di kasur, siap pergi ke daycare.

Ibu: "Be, ayo sekolah!"

Bebe: "Nggak mau!"

Ibu: "Sekolah aja, boleh bawa hisky" (nama boneka anjing)

Bebe: "Nggak mau!"

Ibu: "Maunya apa?"

Bebe: "Bobo ajah!"

Wrong question, mam.

*

#12
Siang-siang di Jalan Soekarno-Hatta, Bandung.

Bebe: "Ibu itu bulan, itu bintang"

*ternyata logo PKS HAHAHAHAHAHA*

*

#13
Main sama appa di rumah.

Bebe: "Appa ini cacing"

Appa: "Bukan ini (tali) rapia"

Bebe: "Cacing hih appa, geli!"

Appa: "Bukan cacing ini rapia, Be"

Bebe: "CACING APPA ITU GELI"

Appa: "BUKAANNN INI TALI RAPIAAAA"

Dan ternyata memang tali rapia. WHY.

*

#14
Bebe cranky di mall. Di dalem Bershka, KAN SEMPIT YAH. Dia goleran aja di lorongnya, dengan orang hilir mudik harus permisi dulu sama Bebe yang lagi santai aja goleran di lantai.

Ibu jongkok dan bilang ke Bebe: "Xylo jangan bobo di sini, sempit nanti terinjak orang"

Bebe: "Gendong ibu"

*kemudian saya gendong*

Bebe: "Keluar ibu"

*kemudian saya keluar Bershka*

Bebe: "Turun ibu, bobo sini ajah"

*kemudian Bebe bobo di lantai luar Bershka yang luas.

-______-

*

#15
Bangun tidur di pagi hari.

Ibu: "Be, bangun yuk kita sarapan"

Bebe: "Udah habis ibu, makannya"

LHA KAPAANNNNN? BARU AJA BANGUN. -_______-

*

#16
Tau kan ondel-ondel yang suka ngamen di jalan? Hampir tiap malem ada sih, sekalinya nggak ada Bebe suka nanya ke mana ondel-ondel dan selalu saya jawab "ondel-ondelnya sudah pulang". Suatu hari ...

Bebe: "Rumah ondel-ondel di mana ibu?"


*

#17
Bebe rambutnya problematika banget deh. Udah dibotakin 6 kali masih tetep aja banyak bagian yang pitak. Dan itu orang sering banget bahas, harus dikasih ini harus dikasih itu. Sampai Bebe sendiri kayanya sadar, ada yang salah sama rambut dia.

Suatu hari di Bandung, bangun tidur tiba-tiba dia pegang kepala ...

Bebe: "Ibu rambut salo (Xylo) bolong"

Ibu: "..."

Bebe: "Bolong ibu rambut salo ga ada ibu?"

T______T

Eniwei yang belum nonton video comeback kami bertiga nonton dooonggg. Topiknya rambut Bebe hahahaha Dan jangan lupa buat subscribe yaaa. Insya Allah seminggu sekali akan update video. :D





Subscribe yaaaa tinggal klik button di atas aja kok!

See you!

-ast-

#SassyThursday: Tentang Nama Belakang

$
0
0

Semakin lama hidup di dunia, semakin saya sadar kalau nama belakang itu berpengaruh banget di kehidupan ini. Bayi yang baru lahir, nggak tau apa-apa, dikasih nama sama orangtuanya. Nama depan orangtuanya mikir sendiri dan nama belakang nama keluarga.

Nama belakang itu akan jadi awal mula. Akan jadi garis start.

Saya nggak akan membicarakan kemudahan dalam arti nepotisme ya. Tapi kemudahan karena anak-anak ini mendapat segala fasilitas sejak kecil. Passion dan bakat tersalurkan maksimal, jurusan kuliah diarahkan sesempurna mungkin, dipikirkan masak-masak

Baca punya Nahla di sini:

Oke banyak juga sih anak orang kaya yang f*cked up. Malah party ga jelas dan ujung-ujungnya jadi komisaris perusahaan keluarga karena ga bisa kerja. Nggak sanggup untuk ngerangkak dari bawah ngerasain susahnya kerja. Tapi ya anak yang punya? Mentok langsung ditaro jadi komisaris ajalah minimal operasional bukan cuma dia yang memutuskan.

TAPI YANG PINTAR JUGA BANYAK. BANYAK GAES BANYAK.

Yang pintar ini biasanya pintarnya bikin mangap. Di umur 15 tahun sudah tahu akan begini dan begini, akan ambil S1 journalism di universitas mana negara mana, kemudian S2 finance di mana negara mana. Gunanya supaya passion di jurnalistik tersalurkan, tapi tahu juga soal bisnis blablabla. Ya nggak perlu dipikirin cuma biayanya karena uang nggak pernah jadi masalah.

*emangnya gue, beli lipstik 300ribu aja nangis dulu sampai nggak beli-beli*

Karena seperti yang pernah saya ceritakan di sini tentang menyiapkan dana pendidikan anak, start yang berbeda akan menghasilkan hasil akhir yang berbeda.

Ini agak kontroversial hahaha. Karena banyak yang berpendapat:

"Tergantung kerja keras kali, orang 'biasa' pun bisa kok sukses kalau kerja keras, nggak perlu lahir dari keluarga kaya."

Bisaaa. Tapi sesukses apa? Karena dengan kerja keras yang sama, anak yang sejak lahir memang sudah keturunan ke sekian dinasti anu pasti akan dapat hasil yang lebih baik.

Kaya anak yang jadi profesor termuda dari keluarga biasa, dengan kerja keras yang sama mungkin bisa dapet nobel kalau lahir di keluarga berada.

Karena support systemnya beda.

*apa gue masukin lagi yah komiknya soalnya nyambung sih*

*oke deh masukin aja*

*monolog*

Okelah ini komiknya. Kalau udah pernah liat scroll aja yaaa.





Makanya kalau denger cerita orang sukses dan disebut inspiratif, saya suka cek background dulu. Dia anaknya siapa? Orangtuanya kerja apa? Kalau bapaknya pengusaha, kuliah di Amerika bukan beasiswa, sampai sini pinter banget terus sukses bikin sesuatu sih menurut saya nggak inspiratif-inspiratif amat hahaha.

Dan anak-anak yang begini suka tersinggung (persis di komik). "Saya bisa sampai sini karena kerja keras saya sendiri." Ya coba lo kerja keras yang sama tapi bapaknya bukan bokap lo, belum cencuuu.


*indikasi iri dengki lol*

Atau kaya saya. Keluarga saya bukan yang kaya raya tapi kami tidak kekurangan jadi sejak kecil passion saya dibantu dicarikan. Mau les ini itu boleh. Sejak kecil ditanya sukanya apa, apa yang bisa dilakukan untuk support hobi saya. Saya tidak pernah merasakan tidak jadi pergi ke sebuah acara karena "kurang ongkos". Meskipun ya perginya juga naik ojek dan nggak dikasih mobil apalagi supir sendiri. Tapi yah, support keluarga dalam bentuk materi itu menurut saya berpengaruh banget sama perkembangan anak.

Ini berlaku untuk orangtua yang emang peduli sama pendidikan anaknya ya. Miskin atau kaya, semua bisa punya jalan sukses masing-masing asal diberikan yang terbaik oleh orangtuanya. Cuma ya kadar "sukses" dan kadar "terbaik" nya beda aja sih.

Kalau kelas menengah, sukses adalah lulus kuliah dan punya kerjaan. Kalau kelas yang itu, sukses adalah lulus kuliah dan ambil alih perusahaan tempat para kelas menengah kerja. Dan yang kelas menengah ini jangan jadi pusing kepala liat yang atas karena gimana pun, startnya beda, hasil akhirnya beda.

(Baca: Salah Jurusan Kuliah?)

Intinya apa? Ya intinya ini saya kebanyakan mikir aja sih gara-gara kemarin dirilis daftar orang terkaya di Indonesia hahahaha. Dan saya tau cucu-cucu mereka itu sekolah di sekolah yang bayaran tahunannya lebih mahal dari harga rumah kita. (((kita))) Anak-anaknya bisa liburan ke negara ini ono karena PUNYA RUMAH DI SANA.

Orang-orang yang seumur hidup nggak pernah tau gimana caranya beli tiket pesawat karena selalu ada asisten atau sekretaris yang bantu belikan. Atau bahkan sudah keliling dunia pakai jet pribadi di umur 20an. Bukan yang liburan karena kejar tiket murah bela-belain begadang jam 12 malem. LOL.

Ya, dunia dengan ruang-ruang kelasnya yang tidak sepenuhnya bisa kita pilih sendiri. Kita belajar di ruangan yang mana?

Kemudian kelas menengah selalu punya pembelaan untuk menghibur diri:

"Dih orang kaya gitu belum tentu bahagia tau. Mending kita aja lah, biasa-biasa tapi happy."

HAHAHAHAHA. Atau.

"Rezeki mah udah ada yang ngatur. Jangan lupa bersyukur."

YOI. Siapa lahir di keluarga mana juga salah satu aturan rezeki. Dan bersyukur kan untuk semua orang mau super kaya atau biasa aja. :)

Jadi buat yang belum nikah, cari anaknya siapa mungkin buat dinikahin? LOL *lirik Dian Sastro*

"You must be born super rich or super smart, or you'll end up crying work super hard for your entire life."

-ast-

PS: Tulisan ini jangan dipikirin amat ya nanti sakit kepala hahahaha

*


*THIS WEEK'S VIDEO*
*NEW VIDEO EVERY MONDAY*


PLEASE SUBSCRIBE BY CLICKING THE BUTTON BELOW!


#FAMILYTALK: Masuk SD Umur Berapa?

$
0
0

Ibu-ibu zaman sekarang memang luar biasa ya. Ibu-ibu zaman dulu masukin anaknya SD kayanya pake feeling aja. “Oh 5 tahun udah mau SD anaknya, masukin deh” atau “ah tahun depan aja deh pas 7 tahun, anaknya belum mau SD soalnya”.

Zaman sekarang benar-benar diperhitungkan sisi psikologisnya, kemandiriannya, dan lain sebagainya maka 7 tahun dianggap waktu yang pas untuk masuk SD. Plus ada sekolah yang harus bisa calistung dulu pas masuk SD. Whoa whoa, panik abis.

Baca punya Isti di sini:

Saya sendiri masuk SD di umur 4 tahun 10 bulan. Belum 5 tahun pun. Nggak ada SD yang mau terima karena rata-rata minimal umurnya 6 tahun. Akhirnya ada satu SD yang mau terima karena saya dites baca tulis bisa, dites hitung bisa. Ya udah deh diterima.

Alasan ibu saya memasukkan saya ke SD di usia semuda itu karena beliau menganggap saya mampu. Saya juga bosan di TK. Plus range umur saya dan adik saya beda 3 tahun, kalau saya masuk SD tahun depannya, maka kami akan masuk sekolah bersama-sama terus. Saya ke SMA dia ke SMP, saya kuliah, dia ke SMA. Pusing bayarnya hahaha.

Dan dari kelas 1 sampai kelas 6 saya ranking satu terus. Saya sering jadi perwakilan sekolah untuk ikut lomba cerdas cermat. Setelah saya pikir-pikir sekarang, itu bukan sayanya yang pinter-pinter amat sih, tapi sekolahnya emang di sekolah kampung lol. Jadi kayanya kalau saya sekolah agak di kota dikit, nggak bakal ranking 1 hahahaha.

Tapi intinya saya bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Masuk SMP dan SMA negeri dan lulus SPMB. Semuanya smooth.

(Baca: Melarang Anak dengan Kata 'Jangan')

Satu hal, saya tidak bisa mengingat masa SD saya. Karena pas SD itu saya masih kecil. Saya hanya ingat nama beberapa teman. Saya tidak ingat kejadian apa-apa. Saya ingat kami pernah PERSAMI (perkemahan Sabtu-Minggu) di sekolah tapi saya tidak ingat saat PERSAMI itu kami melakukan apa. LUPA SEMUANYA.

Tapi saya ingat nama guru saya dari kelas 1 sampai kelas 6, saya ingat guru saya di kelas 5 punya anak laki-laki yang suka dibawa ke sekolah. Saya ingat guru saya itu kakak beradik dengan guru saya di kelas 6. Saya ingat guru agama dan guru olahraga saya. Saya ingat semua yang berhubungan dengan masa belajar saya. Saya baru sadar bahwa saya hanya mampu mengingat hal-hal yang saya anggap penting.

Apa karena saya masih kecil saat masuk SD jadi saya tidak bisa mengingat semuanya? Teori ibu saya sih gitu hahaha. Saya sendiri nggak tahu.

Nah tapi kalau dibilang gitu, para pakar ini bilang kita tidak bisa menyamakan anak-anak kita sekarang dengan kita zaman dulu. Saya dulu mampu masuk SD umur 4,5 tahun tapi anak saya belum tentu. Karena kurikulumnya beda, bebannya beda.Iya sih saya setuju. Saya sanggup menjalani SD usia segitu nggak berarti saya ketok palu bilang “ah Bebe pasti bisa juga kok”. Nggak lah, tiap anak kan beda-beda.

(Baca: Memilih Sekolah Anak)

Ada juga ibu-ibu yang nggak mau masukin anaknya ke SD umur 7 tahun karena ketuaan katanya. Hahahaha. Saya sih nggak apa-apa. Kasian sih emang kalau paling tua di kelas tapi kan gimana kalau anaknya belum sanggup masuk SD kenapa dipaksa sih ya kan.

Jadi saya nggak masalah Bebe masuk SD umur 6 atau 7 tahun. Tergantung kemampuan dianya aja nanti dan tergantung sekolah yang diincer, nerima nggak anak 6 tahun?

Anyway kalau lagi ngomongin ginian saya jadi takut banget masukin Bebe sekolah, pas UN pasti saya yang panik deh. :|

Kalian gimana? Nunggu anak 7 tahun atau semampunya anak aja?

Share yuukkk!

-ast-


*THIS WEEK'S VIDEO*
*NEW VIDEO EVERY MONDAY*


PLEASE SUBSCRIBE BY CLICKING THE BUTTON BELOW!


Tips Membeli Buku Anak untuk Bayi dan Balita

$
0
0
HORE UDAH SENIN LAGI!



Video minggu ini tentang tips membeli buku anak untuk bayi dan balita. Pernah aku singgung di postingan ini sih. Tapi ini dia videonya dan lebih lengkap do's and don'ts nya.

Dan iya, WE KNOW PAUS DAN LUMBA-LUMBA ITU MAMALIA BUKAN IKAN. But it's easier for us to tell Bebe it's ikan because we're only categorising animal as water and land animal to Bebe. Bebe baru 2 tahun, dengan dia bisa tau bedanya paus dan hiu aja aku bangga. Aku akan kasih tahu dia paus dan lumba-lumba itu mamalia NANTI YAAA.

Buat pertanyaan judul buku, penerbit, dan belinya di mana. Nanti aku bikinkan video khusus ok! Bebe's favorite book. :)

Nonton sampai akhir yaaa, jangan di-skip. Hahahaha. Please like, comment, and subscribeeee by clicking on this button below.



Love,
ast

WHEN IT'S ONLY JG & AST #113 - #118

$
0
0
Series ini kembali lagiiii. Menurut saya mah nggak lucu-lucu amat sih tapi yah, for the sake of our precious memories jadi publish aja. lol. (kemudian sayup-sayup terdengar Ruth Sahanaya bernyanyi: meemooriii~~tolong daku~~pergi jauh~~janji tak kan kembali~ ... ~ME-MO-RI~)

OKESKIP

#113
Yang ngikutin Marvel, pasti abis Avenger Civil War yang kemarin itu pada susah move on kan. Begitu pula dengan kami. Nonton lah beberapa film Avenger yang sebelumnya di rumah.

Me: "Bucky ini sarap sih kerennya, di Buzzfeed dia terus. You know people ship him with Capt America because people said that Marvel needs a gay superhero."

*mengundang diskusi serius tentang gay superhero*

JG: "Bucky ini aku rasa tukang kopi deh"

Me: "WHAT"

JG: "Ya abisan dia bawa-bawa bucky ngapain coba?"

FUG.



*

#114
Jadi Noah konser di Senayan, acaranya XL. Saya dan JG diundang terpisah, saya sebagai blogger, JG karyawan XL. Jadi masnya WhatsApp saya pribadi untuk ngundang dan saya tolak.

KAMI BUKANNYA NGGAK MAU. We watched a lot of concert together before Bebe was born. Tapi kan sekarang ada Bebe, kumaha atuh si Bebe harus dititip siapa malem-malem.

Eh masnya bilang gini "yah, nggak diizinin mas Suwandi ya mbak?"

JG: "Duh masa nonton konser doang nggak aku izinin, aku mah suami liberal kali"

Me: "Yaelah liberal apanya dari dulu aku ga pernah dibolehin pake hot pants"

JG: "YOU SHUT UP"

LOL

*

#115
Timeline Facebook saya kan isinya cuma website entertainment semua ya. JG ngelirik kemudian sinis.

JG: "Kenapa sih baca Teen Vogue? You're 27 years old, not even a teen!"

Me: "Look who's talking. you love hot wheels like this baby!"

*tunjuk bebe yang sedang main hot wheels"

#win


*

#116
JG rewel banget pengen beli smartwatch. YA KAN MAHAL. Kemudian turun jadi pengen health band, ya mayan lah nggak semahal smartwatch. Di kantor dia telepon cuma nyuruh saya googling health band yang diincer.

JG: "Timex itu keren banget loh sayang, kamu googling deh Timex seri move x20 blablabla ... "

Me: "Yaelah mi band aja kamu ilang. Ini kalau ilang mahal"

JG: "Iyalah mi band kan bisa copot blablabla. Ini sih nggak mungkin ilang kan aku pake terus"

Me: "Kamu kacamata aja yang dipake terus bisa ilang"

JG: "INI BEDA!"

*5 menit kemudian dihabiskan berbusa presentasi Timex dan pitching apakah boleh beli apa ga*

Me: "hmmm"

JG: "Kamu kok kaya nggak care sih sama aku?"

Me: "Memang"

JG: "Shit"

*kemudian telepon ditutup*

HAHAHAHAHAHAHAHA

*

#117
Di kantor. JG telepon.

JG: "Kamu jadi nggak beli lipstik slim shady?"

Me: "wtf? Lipstik eminem?"

JG: "Slim shady itu warnanya itu loh yang lipstik lokal, yang kamu bilang packagingnya bagus"

Me: "SADDIEEEEE BUKAN SLIM SHADY"

Rollover Reaction maksudnya guys

:|

*

#118
Di mobil. Denger lagu di radio. Kami anak genfm banget. Kemudian ada lagu yang enak banget.

Me: "Bener-bener ya GenFM makes us stay relevant. Kalau ga dengerin gen mana tau ini lagu Ed Sheeran."

JG: "Iya ya"

*BANGGA*

*nyanyi bersama*

"ONCE I WAS SEVEN YEARS OLDDD~~~"

*kemudian browsing liriknya. Turns out it's Lukas Graham. And it's a band not even a solo singer. A DANISH BAND*

T________T


*gagal jadi ABG*

:|

-ast-

Tiga Puluh Lima Ribu yang Berharga

$
0
0

Jadi saya dan JG bukan tipe orangtua yang memanjakan Bebe. Yang ingin sesuatu pasti langsung dibelikan. Jadinya sampai sekarang dia belum pernah tantrum di toko mainan minta sesuatu, kemudian kami menyerah dan membelikannya. Belum pernah. Tantrum nggak mau pulang sih sering lol.

Termasuk mainan berkoin seperti Amazone dan Timezone. Bebe dulu nggak pernah saya izinkan main. Dia akhirnya hanya menonton anak-anak lain main.

Karena apa? Karena saya takut dia kebiasaan. Kan banyak tuh anak-anak yang kalau ke toko mainan, pulangnya harus beli sesuatu. *lirik JG* Banyak juga anak-anak yang kalau di Amazone/Timezone itu nggak mau pulang. DAN BANYAK JUGA ORANGTUA YANG MENGELUHKAN INI.

Banyak orangtua yang mengeluh karena anak-anak jadi harus main di Amazone/Timezone setiap kali ke mall. Ngabis-ngabisin uang aja, katanya. Iya sih. :|

Makanya saya nggak mau buru-buru mengenalkan Bebe pada game center. Saya nggak mau jadi bagian orangtua pengeluh itu. Jadi tiap ke mall yang ada game centernya, kami ambil jalan memutar biar dia nggak iri liat anak-anak kecil lain main. Hahahaha *jahat*

Sampai beberapa bulan lalu. JG beliin koin buat Bebe saat saya lagi antri bayar di Carrefour. Untuk naik kuda-kudaan gitulah mainan bayi. Kuda-kudaan belum selesai, Bebe udah nangis minta turun HAHAHAHAHAFAILED. Gagal banget si Bebe, sampai nemu tempat mainan di Gandaria City *yang dafuq koinnya mihil banget*.

Taunya dia hepi. Mungkin karena semua mainannya temanya superhero. :')))))

Bebe happy sekali sampai kami akhirnya beli deh kartu Timezone dan Amazone. Baru tau kalau ngisi itu minimal harus 100ribu dan sistemnya nggak online, jadi kalau ganti mall ya harus isi ulang lagi. Nggak bisa satu kartu dipakai di semua mall. -______-

Tapi dipikir-pikir murah juga loh. Karena sekali main kan paling cuma 2.000 sampai 5.000 aja. Seratus ribu habisnya kapan-kapan.

Dan kami biasanya membatasi Bebe main misal 5 mainan ya Be, udah gitu pulang ya. Paling sekali main dia habis 20ribuan.

(Baca juga: Tips Menangani Anak Tantrum di Tempat Umum)

Untuk masa transisi dari game center menuju mobil dan untuk menghindari tantrum heboh *sigh* biasanya kami ajak ke toko mainan dan main di track Hot Wheels (dengan Hot Wheels bawa sendiri tentunya, selalu ada 2-3 Hot Wheels di tas saya) atau duduk main Lego di toko mainan.

Saya mulai ngerasa kalau dihitung dari kebahagiaan Bebe, Dua puluh ribu sekali main itu bukan apa-apa banget. Kok jadi ngerasa jahat ya selama ini menghindari game center karena takut kebiasaan hahahaha. Kebiasaan juga nggak apa-apa sih, asal setiap main tetep dibatasi.

Sampai kemarin di Lotte Shopping Avenue. Ini mall tersering dikunjungi karena sebelahan sama kantor JG. Di sana ada kereta-keretaan yang ngiterin mall. Selama ini Bebe nggak pernah minta naik. Tapi kali ini minta.

Ternyata dia bahagia banget. T______T Dan karena Bebe masih kecil jadinya nggak perlu bayar, yang bayar saya doang 35ribu. Tiga puluh lima ribu yang berharga banget ngeliat Bebe senyum lebar dan ketawa-tawa. Saya cuma keluar uang 35ribu tapi bahagianya Bebe itu priceless. Baru kerasa banget bahagianya anak itu bahagia kita juga.

...

*kemana aja neng*

Baru ngerti kenapa banyak orangtua manjain anaknya. Selalu ngasih apapun yang anaknya minta karena ingin anaknya bahagia. :')

(Baca juga: Ini definisi saya tentang memanjakan anak)


PS: Kami tetap menghindari tempat main di Gandaria City karena satu koinnya MAHAL. Juga menghindari playground yang jam-jaman karena males nunggunya harus 1 jam lol.

See you!

-ast-

#SassyThursday: Pernikahan dan Kesetiaan

$
0
0


Oke jadi gue nggak update banget sama berita-berita seleb lokal. Penyebab utamanya sih karena nggak punya TV di rumah jadi nggak tau ada berita apa sih? Kemudian aku terlalu lelah mantengin portal berita gosip karena sudahlah, capek dulu kerja 2 tahun ikutan ngurek-ngurek hidup orang lain. *sigh*

Jadi updatenya cuma seleb hollywood aja huahahaha itu pun terbatas circle tertentu aja. Circle ini gue follow di semua lini kehidupan dunia maya. Follow sih beberapa artis lokal di Instagram, ceritanya biar nggak ketinggalan berita. Eh taunya yang diupload di IG itu yang pencitraannya aja yah. -______-

Saya juga nggak follow akun-akun gosip gitu, jadinya tau gosip itu dari Nahla. Hahahahaha. Disuruh follow jeng ono lah, lambe itu lah, terus siapa lagi gitu. Tapi males hahahah Soalnya Instagram udah rapi isinya blogger sama beauty doang sama YouTubers gitu. Males merusak timeline yang indah-indah bahagia. *naon*

Intinya Nahla ngajakin nulis kabar yang ternyata lagi hits banget yaitu RA kepergok liburan bareng sama ATT. Terus kaget masa buahahahahah. Kaget nggak kaget sih. Nggak kaget soalnya ya RA gituloh? What do you expect? Kagetnya karena RA dan istrinya kan akrab banget sama ATT ya. Dan saya follow sih Instagramnya RA karena dulu pernah dimention @Instagram. Instagram aja mention masa saya nggak follow! #therealfomo.

Dan di Instagram kayanya adem ayem aja sama istrinya. Apalah aku ini mungkin harus dikurang-kurangin percaya sama orang lain. *loh*

Baca punya Nahla di sini:

Komentar pertama sih langsung “yaelah lagian RA dinikahin, ya risiko”. Dan pemikiran berikutnya adalah ... “jangan-jangan settingan”. Abisan semuanya dari booking info, boarding pass, sampai history call bisa leaked gitu kan lebih gampang kalau settingan dari awal lol. Gue kenapa anaknya negatif amat yaaahhhh. -_______-

Tapi emang iya kan, nggak ada orang yang berubah karena pernikahan. Orang berubah karena dia sendiri mau berubah, bukan karena menikah terus ujug-ujug berubah gitu. Woh, sulit bro. Jadi ya udah tau track record seseorang gitu, kalau berani nikah ya berani ambil risikonya. Plus ambil risiko berikutnya yaitu punya anak. Wakwaw.

Ini jadi melebar ke topik berikutnya yaitu kesetiaan.

Menikah itu memaksa kesetiaan dan kesetiaan itu bukan untuk semua orang. Jadi sebelum nikah pertanyakan sama diri sendiri, sanggupkah untuk tidak menyakiti hati pasangan dengan cara apapun? Seperti tidak liburan sama cewek lain ke Eropa? *aduh* Iya pasangan, bukan "istri" karena kesetiaan kan bukan hanya untuk laki-laki.

Di luar setia atau tidak setia, ada satu lagi. Bahwa jatuh cinta kan tidak pandang status menikah atau nggak. Banyak yang mengaku jatuh cinta lagi padahal sayang sama pasangan di rumah nggak berubah. Kalau kasusnya begini berarti yang dipertanyakan komitmen.

Pertanyaannya jadi: sanggupkah berkomitmen pada SATU kesetiaan seumur hidup?

BERAT BANGET YAAA NIKAH ITU.

(Baca juga: Jangan dulu nikah kalau ...)

Yah tapi itu kalau nikahnya bener-bener nikah ya. Kan ada juga tuh yang nikah karena bisnis, karena politik, karena status.

Karena bisnis ya pernikahan yang membawa kesuksesan dalam bisnis karena dua kerajaan bersatu. Karena politik ya pernikahan yang membawa kekuasaan karena networking jadi lebih kenceng. Karena status karena yah ... males ditanya-tanya kapan nikah padahal homo. Kan banyak yang begitu dan itu sah-sah aja. Nikahnya kan sah secara agama dan sah juga secara hukum. Hati mah urusan lain lagi.

Saya sendiri baru menyadari hal-hal begini setelah menikah. Bahwa sangat mungkin menikah hanya untuk status dan sangat mungkin bercerai karena bosan. Karena pernikahan itu bukan pacaran yang bisa kabur kalau lagi berantem, pernikahan adalah tidur bareng orang yang kemarin dan kemarinnya lagi bikin kita sebel. Meskipun sebelum dan sebelumnya lagi bikin kita happy.

Menodai pernikahan juga bullshit kalau sejak awal emang tujuannya bukan untuk hidup sama-sama seumur hidup. Apa yang ternoda coba?

Kalau tujuannya bukan untuk hidup bersama sebagai keluarga, ya harusnya fair-fair aja kalau salah satu mau cari hiburan dengan orang lain. Nggak ada yang ternoda kan?

Kalau tujuannya untuk punya keluarga sih ya plisssss dijaga dong jangan sampai terpecah belah remuk jadi kepingan debu. Ketika godaan datang, pikirkan anak di rumah, pikirkan hal-hal indah yang sudah dilalui bersama.

Sounds so lame but that's the truth.

Jadi buat yang belum nikah, ajak yuk calon suami diskusi. Contekannya bisa dilihat di sini. Yang kira-kira belum mau nikah, ya jangan dulu lah, nggak ada deadline menikah. Yang kira-kira nggak mau nikah, ya udah nggak usah. Daripada menyakiti orang lain?

Udah ah kok tambah berat bahasannya.

See you!

-ast-

PS: Jangan lupa nonton video aku dan JG yaaa. Video terbaru setiap mingguny ada di bawah tiap postingan. Like comment and subscribe pleaaseeeee. *fakir* LOL

#FAMILYTALK: Menitipkan Anak pada Orangtua

$
0
0

HOLAAAAA!

Topiknya cemen sih dan kaya udah pernah ya. Udah pernah ga sih? *lupa* Abisan Bebe nggak pernah dititipin di orangtua saya atau pun JG jadi parno dia akan MANJA. Manja seperti yang saya keluh kesah-kan di postingan ini.

Baca punya Isti di sini:

Dan yah, karena Bebe nggak pernah dititipkan pada siapapun kecuali daycare. Artinya ketika daycare sudah tutup atau libur, ya otomatis Bebe dibawa-bawa terus.

Sekali-kalinya kami meninggalkan Bebe dalam jangka waktu yang lama itu waktu nonton AADC dan Civil War huahahahaha. Bebe penting, tapi AADC dan Civil War juga penting. Prioritas itu bullshit lolol.

(Baca juga: Karena Saya Tidak Percaya Prioritas)

Itu kali terlama kami meninggalkan Bebe berdua dan Bebe dititipkan pada ibu saya. Bebe diajak ke arisan, diajak main bola bersama anak-anak tetangga, sampai malam kami pulang, ia masih asyik main dan sepertinya nggak sadar juga saya nggak ada seharian. :|

DAN TERNYATA SERU YAAA PERGI BERDUA. HAHAHAHAHAHA.

Kangen banget pergi berdua JG kaya zaman pacaran dulu. Kangen banget ngemall itu jalan santai pelukan bukannya sibuk lari-lari. 

Hehehehehe -________-

Tapi yah, kalau pergi berdua gitu tetep topik pembicaraan adalah Bebe. Bebe begini Bebe begitu. 

Sempet kepikiran sih ingin Bebe SD di Bandung aja karena Bandung lebih kids friendly daripada Jakarta. Tapi terus artinya Bebe sama orangtua saya terus gitu? Gimana kalau ada prinsip yang nggak sesuai dan Bebe jadinya lebih nurut sama ibu saya dibandingkan saya yang orangtuanya sendiri? Plus gimana caranya jauh-jauh dari Bebe nanti saya kangen. Sementara saya di Bandung mau kerja di mana nggak tau.

:(

JADI AKU GALAU. :(

Eh eh baru inget. Kalian yang sering menitipkan anak sama orangtua, pernah nanya nggak sih apa orangtua kalian keberatan dititipin cucunya?

Kalau ayah ibu saya kan memang sibuk ya, mereka sejak awal menyatakan tidak sanggup kalau harus mengurus Bebe sehari-hari. Lagian capek katanya. Iya sih. Saya sendiri juga tidak mah Bebe diurus aki nininya karena banyak pola pengasuhan yang berbeda lah.


Soalnya ada tetangga mamah mertua yang dititipin cucunya setiap hari. Ibu si anak kerja. Neneknya ngurus cucunya nggak happy.

T_______T

Katanya capek, anaknya rewel nggak mau makan, jadinya dikasih susu terus. Sehari bisa minum Ultra Mimi 7 kotak dan makan sekali doang. 

T________T

Tapi si nenek mau ngeluh ke anaknya juga nggak tega karena dia nggak mau anaknya berhenti kerja. Dan dia iri ketika saya cerita Bebe di daycare. Dia mengeluh kenapa anaknya nggak kepikiran daycare daripada diurus sama dia setengah hati.

Karena mengurus cucu seharian bukan untuk setiap nenek seperti juga jadi ibu rumah tangga bukan untuk semua orang. Dan yah, kuncinya komunikasi sih.

Itu ajaaaa.

Yang belum nonton video nonton di bawah postingan ini yaaa *tetep*. Senin besok udah ada video baru jadi yang ini akan dilepas. Videonya masih lanjutan dari yang ini dan sesuai request yaitu Bebe's Favorit Book.

See you!

-ast-

Bebe's Favorite Books, Beli Buku Anak di Mana?

$
0
0

SELAMAT SENIN!

Setelah video minggu lalu, beberapa orang nanya, itu bukunya Bebe judulnya apa dan belinya di mana? Saya jawab di video ini ya.

Kali ini syutingnya sendirian karena JG kerja terus. Pesan saya sih JG harus kerja keras biar bonusnya banyak hahahaha Jadi ya terima aja pulang sendiri dan syuting sendiri lol.

Ini juga kali pertama saya syuting pake kamera depan iPhone dan edit di iMovie. Jadinya nggak HD sih mentok di 720 tapi sudahlah. Tulisan judul buku dan harganya saya tambahin di app namany Vont. Ini aplikasi brilian dari developer favorit saya yang bikin aplikasi kesayangan Phonto. Jadi persis kaya Phonto cuma buat video, bukan buat still image.

Baca soal Phonto:
Best Typography Apps | Cara Install Font di Phonto | (Lagi Tentang Phonto) The Best Apps! 

Finishingnya aja baru di laptop. Irit waktu banget jadi saya nggak perlu sering-sering buka laptop, edit di mobil pun bisa. Saya udah bertahun-tahun blogging kaya gini. Nulis dan edit foto di hp, buka laptop kalau perlu aja karena namanya emak-emak punya toddler, buka laptop sama dengan ngasih ide tantrum karena pasti jadinya Bebe ingin nonton dan saya gagal blogging apalagi edit video. :|

Baca soal tips blogging via HP di sini:
5 Aplikasi Wajib untuk Blogging via HP | Tutorial Posting Blog via Email

Oke deh happy watching! See you next Monday!

-asr-

My Thoughts on Harry Potter and The Cursed Child

$
0
0
[SPOILER ALERT]



Jadi ... sebagai Potterhead, gue akhirnya tamat baca Harry Potter and The Cursed Child. Terus bete sendiri misah-misuh ke JG yang suka memandang sebelah mata karena GUE SERIUS BANGET KALAU BAHAS HARRY POTTER. HAHAHAHAHAHA.

Dia selalu dia bilang kalau gue "Harry Potter geek" karena memang iya. Membahas Harry Potter dengan sesama Potterhead bisa jadi diskusi panjang lebar dan emosional hahahahahahaha terus dia sebel karena why so serious? Karena dia nggak baca bukunya, nonton filmnya doang. Cih.

Tapi gue serius banget juga karena buku ini bagian dari masa kecil sih, seperti juga AADC *tetep*. Masa kecil di mana niat ranking satu biar dibeliin buku Harry Potter yang makin sini makin mahal. Eh lama-lama Harry Potter nya terbitnya 1,5 tahun sekali, jadilah saya ranking satunya cuma pas giliran Harry Potter terbit aja lol.

Gue tentu saja punya semua bukunya, buku 1, 5, 6, 7 malah punya bahasa Inggrisnya juga karena kelamaan atuhlah nunggu translate mah! Titip beli sama temen-temen ayah yang kebetulan lagi di Inggris/Amerika. Terus sedih karena buku ketiga hilang entah ke mana. Setiap menatap rak buku, hatiku kosong sepertujuh bagiannya. -______-

Mau beli lagi kok ya covernya ganti, kan jadi nggak matching sama yang lain. Biarlah buku ketiga jadi memori belaka. *naon*

OKE JADI INTINYA APA? Intinya habis selesai baca Harry Potter and The Cursed Child, ini yang terbayang-bayang di otak gue:

SPOILER ALERT.

CLOSE SEKARANG JUGA KALAU KALIAN BENCI SPOILER. YOU'VE BEEN WARNED!


...

1. Imajinasi kacau karena dulu pas belum ada filmnya, gue ngebayangin Harry dkk ya sesuai ilustrasi buku. Setelah ada filmnya, baca buku dengan ngebayangin aktornya. Sekarang gue bingung ngebayangin Hermione yang mana. Kaya pusing sendiri gitu. Jadinya di otak itu Hermione sama Ron ya Emma Watson dan Rupert Grint … dengan Rose yang kulit hitam hahaha. Weird but so what. :|

2. Albus why tengil dan sotoy banget sih elah. Keberatan nama sih ya. Albus ... Severus ... Potter. Gilak itu mah. tiga-tiganya penyihir sinting semua sih. Albus paling mirip Harry dari sisi sotoynya hellowww. Ini anak dua kenapa seneng banget membantu orang dengan inisiatif tinggi dan tanpa diminta siapapun ya. :|

3. Harry is … an adult Harry. Terharu gak sih pas dia sekolah di Hogwarts, kita SD dan SMP dan sekarang kita udah punya anak, dia juga masukin anaknya sekolah. Kaya kakak kelas gue deh Harry. #delusional



Betapa the chosen one struggling jadi ayah karena dia nggak pernah tahu gimana rasanya punya ayah. Kalau pake teori parenting masa kini sih Harry harusnya udah jadi gay soalnya pas kecil tidak merasakan kasih sayang dan kehadiran ayah. Dia bahkan nggak punya sosok ayah sama sekali. -_______-

Dan Ginny emak-emak banget ya kaaann. Gue relate banget sama Ginny karena dia kerja di media juga HAHAHAHAHAHA *maksa*

4. Hermione is f*cking MINISTER and Ron runs a joke shop. Super awesome! This couple is really #relationshipgoals. Ron aslik ya masih pemeran pembantu buat lucu-lucuan doang. Kampret pas dialog siapa yang harusnya ditransfigurasi jadi Voldemort, dia bilang dia aja karena dia yang paling nggak mikirin apa-apa. XD

5. The Malfoys kalian membuatku pengen pukpuk dan peluk. Buku ini benar-benar memanusiakan Draco. Draco yang selalu terintimidasi ayahnya, Draco yang tidak pernah punya sahabat, Draco yang takut sekali pada Voldemort, leleh dan bubar semua gara-gara Scorpius. And speaking of Scorpius ...



6. SCORPIOUS WHY SO LOVELY. Manis banget Scorpious yang sangat pintar dan jiplakannya Hermione. Gue ngerti deh kalau dia pacaran sama Rose terus anaknya jadi jenius kaya gimana. Plus point: dia lebih ganteng dari Albus. Bayangkan, anak dari keluarga pure blood kaya raya, sangat pintar, DAN GANTENG. Sempurna atau gimana?

Ya meskipun hidupnya berat sih. Tampak nyata sekali betapa Astoria pengen punya anak tapi susah, karena kesehatan tidak memungkinkan. Kupikir penyihir itu sakti. Betapa keluarga sangat kaya raya juga struggling dengan hal-hal kaya gini. :(

5. The trolley witch, madam sapose sih perasaan ada namanya deh tapi kok lupa *gagal* kok serem yaaaa. Ternyata dia menghantui Hogwart Express.

6. SEVERUS SNAPE MY KING. Gila gue merinding sih pas adegan Snape, mana mikirin Alan Rickman udah meninggal. Dan dibikin nostalgic abis dengan percakapan soal doe patronus. After all this time? Always. :’)


7. Augurey ini … THE DAUGHTER OF VOLDEMORT AND BELLATRIX LESTRANGE, I BET SHE WAS BORN WITH THE DARK MARK, HAS A THICK BLACK BLOOD AND CRIES IN PARSELTONGUE. PLUS DEMENTOR AS HER CHILDHOOD BFF. WTF.

*yes all bold and all capslock because it's THAT shocking*

Dan gue kepo Bellatrix hamilnya kapan dan di mana ya? *penting*

8. Pertanyaan terbesarnya: WHY CEDRIC? Kenapa menyelamatkan Cedric? Kenapa bukan menyelamatkan Sirius Black. *kemudian terngiang ibunya Delphi (yang mana anaknya bikin Albus jatuh cinta) nyanyi “I KILLED SIRIUS BLACK I KILLED SIRIUS BLACK” merinding abis*

Tapi iya sih kalau yang diselamatkan Sirius mah efeknya nggak terlalu besar karena sisa cerita udah sedikit. Tapi minimal Sirius disebut keekkk. Ini nggak sedikitpun. Aku sedih.

9. Pesan moral jangan suka berandai-andai memutar waktu. Coba kalau dulu gini, coba kalau dulu gitu. Padahal satu kejadian berubah, bisa mengubah segalanya. Bener sih.

10. Ini bisa banget dibikin series buku lagi plis. Bodo deh dihina-dina dibilang maksa, tapi cerita Delphi dirahasiakan dari kecil itu menarik banget! Jadi ceritanya dari sudut pandang dia. Aku butuh masa kecilku kembali wtf. *nyari Time Turner*

JADI YAH. Sudah cukup curhatnya. Ayok yang udah baca bukunya kita ngobrooolll!


-ast-

#SassyThursday: Menikah Muda Bukan untuk Semua Orang

$
0
0


Minggu ini timeline ramai sekali ya, antara heboh full day school dan pernikahan Alvin-Larissa. Buat pak menteri, pelajaran ya pak, kalau sama wartawan jangan asal ngomong padahal belum dipikirin amat. Baru berapa hari langsung dibatalin. Kan … malu. -______-

Tapi #SassyThursday kali ini bukan mau ngomongin itu, meskipun saya kayanya mau masukin Bebe sekolah full day ya hahahaha. Topiknya adalah Alvin dan Larissa (yang cantik bangeeettt). Kenapa? Karena sudut pandang saya dan Nahla mungkin akan beda, saya nikah di usia pas bagi kepercayaan masyarakat Indonesia yaitu 25 tahun, sementara Nahla nikah di umur 17 tahun.

WHAT. YA KAN.

Baca punya Nahla yang menikah di usia 17 tahun:
Mbak Windi Teguh yang menikah di usia 25 tahun:
Dan Grace yang menikah di usia … BERAPA YAH? *maap ges* -_____-

Dulu, dulu sekali waktu masih SMA, saya ingin menikah muda. Secemen bayangan ingin cepat punya anak dan umur anaknya tidak akan jauh karena saya masih muda. Kemudian saya kuliah, kemudian saya kerja, dan woh NGAPAIN DEH DULU PENGEN NIKAH? HAHAHAHAHAHA.

Mungkin kalau dulu beneran nikah muda dan langsung punya anak kaya sekarang, saya pasti nggak ke mana-mana. Mana mungkin udah nikah dan punya anak bisa nonton konser sebulan 3 kali atau kerja sampai tengah malam. Bisa, tapi saya nggak mau. Buktinya sampai sekarang, setelah punya anak, saya nggak pernah nonton konser lagi. Terakhir nonton konser itu beberapa minggu sebelum nikah. Padahal saya suka nonton konser. Konser membuatku bahagia wtf. Apalagi nonton konser berdua JG, kencengan dia nyanyinya dan semangatan dia nge-dance-nya dibanding penyanyinya lol.

(Baca: Cita-cita yang Tertunda Karena Anak)

Apakah saya salut sama yang menikah muda?


TENTU! Itu sebabnya pas nemu blog Nahla, langsung saya email ngajak kenalan dan nanya: “KOK KAMU BARU UMUR SEGITU UDAH PUNYA ANAK?” LOL Maap ya aku kan anaknya sok akrab. -______- Karena saya tau persis kalau saya masih mau main banget umur segitu mah. Dan punya anak itu komitmen yang luar biasa besar. Saya aja umur 26 punya anak, nangis-nangis kaya apa pas tahu hamil karena saya takut nggak bisa jadi orangtua yang baik.

Nggak ada tangis haru bahagia karena saya takut banget. Takut anak saya jadi rusak gara-gara punya ibu kaya saya yang nggak tahu apa-apa soal membesarkan anak. Tapi setelah dijalani, saya baru sadar SEMUA ORANGTUA nggak tau apa-apa tentang membesarkan anak sampai mereka membesarkan anak mereka.

Tapi terus pas pertama kali ketemu Nahla, saya baru tahu kalau suaminya nggak muda juga, nggak seumuran. Suaminya Nahla seumuran sama saya jadi yah, bukan yang sama-sama muda gitu loh. Langsung maklum dan ngerti karena Brian tipe yang mengayomi gitu. Dan Brian udah kerja pas nikah jadi yah, nggak terlalu mempertanyakan lagi.

Saya salut sama yang menikah muda karena akan banyak pengorbanan. Yayaya menikah bikin banyak rezeki lalala, tapi harus diakui kalau menikah mau nggak mau membatasi kita sebagai perempuan. Minimal membatasi pulang ke rumah jam berapa karena ya masaaa ninggalin suami sampai subuh ya kan. *perempuan macam apa yang pergi sampai subuh* *kemudian aku dijudge* *bodo amat*

Apa kriteria seseorang dianggap mampu menikah?

Katanya jangan menunda nikah karena materi. Whoa whoa whoa, materi tetep harus sih menurut saya. Ya tapi kan nggak perlu nikah gede-gedean di gedung, tapi bahkan nikah di KUA aja kan harus bayaarrr.

Materi di sini maksudnya harus punya penghasilan sendiri dan nggak ngerepotin orangtua. HARUS! Apapun bentuknya itu, harus TAHU mau ngasih makan diri sendiri dan istri pakai uang dari mana untuk 3 bulan ke depan. Kalau di umur 17 tahun seperti Alvin sudah mampu seperti itu dan orangtuanya merestui mah, go ahead. Minimal perut kenyang lah.

Meskipun nikah bukan cuma urusan perut tapi juga mengurusi dua kepala dengan isi dan pola pikir berbeda. Yang ini dibutuhkan kedewasaan dan kematangan. Kalau Alvin kan beda yah, kata bapaknya dia masuk 5 pesantren dengan madzahib yang berbeda. Dia juga katanya sudah punya penghasilan sendiri dan bagi yang mengenal langsung, katanya dia dewasa sekali untuk ukuran remaja seusianya. Dia pula yang membuat Larissa masuk Islam. Luar biasa ya.

Tandanya, menikah muda BUKAN untuk semua orang!


Kecuali kalian datang dari keluarga yang nggak pernah tau dan mikirin uang itu datengnya gimana sih? Tau-tau tabungan penuh aja tiap bulan ya kan. Sekolah udah sesuai passion dari kecil, lulus SMA kuliah sambil nikah, punya anak 1 nannynya 2, hidup kalian nggak akan susah-susah amat lah. Tapi kalau dari nol dan umur segitu hmmmm. Pasti lebih berat, apalagi umur segitu kan lagi egois-egoisnya.

Apalagi alasannya untuk menghindari zina. Aku kok kaya agak gimana gitu … semacam meragukan anak sendiri? Atau meragukan kemampuan diri sendiri untuk melindungi anak?

Dan apakah menikah pasti akan menjauhkan seseorang dari zina? Sementara banyak ustaz sudah beristri yang juga menikah lagi dengan alasan menjauhi zina. Dan menikahnya bukan pula satu atau dua kali tapi tiga kali LAGI. Jadi pernikahan yang pertama gagal dong menjauhkan dia dari zina. I just don’t understand.

(Baca: Forced Marriage)

Apakah saya akan mengizinkan Bebe menikah muda?

Tidak, seperti juga ibu saya yang tidak mengizinkan saya menikah di usia 22 tahun padahal saya dan JG ngebet nikah waktu itu hahahahaha. Ibu saya takut saya kurang main, terus saya disuruh main, disuruh melakukan hal yang saya suka dulu, dan ternyata saya nggak nyesel. Umur 25 saya baru ditanya lagi "jadi ga nikah?". Terus deg-degan dan pengen nanti-nanti aja hahahahahha. Cerita lengkapnya di sini.

Saya tahu saya nggak akan punya pengalaman sebanyak ini kalau saya dulu nikah umur 22 tahun. Dan pengalaman itu buat saya penting untuk menambah wawasan, pikiran saya jadi nggak sempit.

Apalagi Bebe cowok. Dia HARUS mapan dulu. Terserah orang bilang apa tapi saya nggak mau bikin susah anak orang yang nanti jadi istrinya. Nope.

"Kaya juga ga jamin kok, banyak orang kaya cerai."

Yes tapi seberapa banyak pernikahan yang dipertahankan cuma karena istri nggak tahu gimana mau hidup sendirian karena ada suami aja hidupnya susah?

Dia harus melihat dunia dulu sebelum memutuskan menikah. Supaya tahu kalau kehidupan tidak sesempit itu.

*

Udah sih gitu aja. See you next week!

-ast-

PS: Sudah nonton video Buku Favorit Bebe? Ada di bawah yaaa! :D

Kami dan Mimpi Rumah di Jakarta

$
0
0
 [SPONSORED POST]


Hai!

Lima tahun tinggal di Jakarta, saya dan JG (suami) masih stres memikirkan harus beli rumah di mana. Maunya di Jakarta sih, tapi harus jadi apa ya biar uangnya unlimited dan beli rumah tinggal pilih kaya beli sepatu?

Karena sebagai orang Bandung yang ke mana-mana deket, kami nggak sanggup kalau harus beli rumah di daerah pinggiran Jakarta. Kelamaan di jalan nanti terlalu sebentar ketemu Bebe. :|

Tapi makin lama makin kepikiran juga hahahaha hati agak bergeser dikit dan mulai mikir-mikir, mau nggak ya beli rumah meski di pinggiran? Karena rumah ini sebenernya udah bukan prioritas lagi, kami nggak masalah selama di Jakarta ngontrak karena someday pindah ke Bandung, udah ada rumah di Bandung. Tapi kan sekarang kerjanya di Jakarta.

Sungguh kegalauan yang tak kunjung henti. :(

Apalagi kalau liat hashtag orang-orang di Instagram yang pamer interior rumah mereka sendiri. Kok saya jadi pengen juga punya rumah dan pamer interior rumah di socmed? *salah fokus

Karena yah, di Indonesia punya rumah sendiri itu rasanya seperti #lifegoals banget ya. Beda sama orang-orang di Eropa sana yang banyak tidak berniat untuk punya rumah sendiri. Lah kita mikirin masa depan kan, masa mau ngontrak terus?

Eh terus saya dikasih tau ada pameran property ‘Indonesia Property Expo’ di Jakarta Convention Center Senayan, 13-21 Agustus 2016. Langsung deh kasih linknya ke JG dan ngajakin ke sana. Siapa tau ada pencerahan hahahaha.

Acaranya sendiri ternyata digagas oleh BTN. Bank BTN ini ada kedekatan emosional sama saya karena selain banknya dulu tepat di seberang SD saya, ibu saya juga ambil KPR di Bank BTN. Jadi dulu sebulan sekali saya ikut ibu ke bank untuk bayar cicilan rumah. Saya ingat benar, cicilan rumahnya hanya Rp 55ribu sebulan! Murah banget ya kalau dipikirin pakai uang sekarang. Saya beli rumah sebulan sekali kayanya kalau harga rumah seharga 30 tahun lalu.

Ibu saya harus jalan ke bank karena dulu mana bisa bayar cicilan dengan autodebet. Isi form warna orange kemudian uangnya akan disetor tunai melalui teller. Sebulan sekali sambil menjemput saya sekolah, kami menyeberang dulu dan antri di bank.

Rumah yang dibeli adalah rumah yang masih orangtua saya tempati sekarang. Rumah pertama mereka. Ibu saya yang orangtuanya tinggal di pinggir jalan raya Pasteur (sekarang jadi Hotel Ibis), harus bermotor dengan ayah saya ke pinggiran Bandung untuk mencari rumah sesuai ukuran kantong mereka saat itu.

Dulu, jalan menuju rumah itu masih jelek luar biasa, berbatu besar-besar dan belum beraspal. Belum ada jalur angkot yang lewat, hanya ada becak dan itu mengerikan. Bayangkan naik becak di jalan berbatu, takut terguling!

(Baca juga: Definisi Rumah yang Sebenar-benarnya)

Tapi toh orangtua saya survive. Iya sih Bandung kecil, sepinggir apapun juga tidak akan sampai 4 jam ke tengah kota seperti Jakarta. Tetap saja bagi ibu saya yang orang kota, rumah itu kampung sekali. Dikelilingi sawah lengkap dengan kerbaunya. Maklum kan kalau harga cicilannya bisa hanya Rp 55ribu sebulan.

Itu 20 tahun lalu. Ternyata oh ternyata, bukan harga yang bisa berubah, teknologi urusan KPR juga sekarang canggih loh! Tidak perlu lagi bermotor-motor dengan jalan jelek survey sana-sini, BTN sudah punya website khusus untuk mencari properti namanya BTNProperti.co.id.

Ini bikin tambah galau asli. Sebelum nulis ini saya coba cari-cari rumah di sana dan seru banget! Bisa cari berdasarkan kota seluruh Indonesia, area, jumlah kamar dan kamar mandi, garasi, dan range harga.

Kalau udah nemu? Bisa langsung mengajukan KPR online di website itu, ada formnya di sini. Prosesnya jadi mudah, cepat, dan murah. Tinggal masukkan data yang lengkap, nggak perlu lagi datang dan antri di bank. Talk about efficiency!

BTNProperti.co.id juga bisa memberi kita simulasi KPR, punya uang muka berapa dengan harga rumah berapa, gaji berapa, kira-kira harus bayar cicilan berapa satu bulan. Ini helpful banget sih buat saya yang galau cari-cari rumah terus. Ada customer service juga yang live di jam kerja untuk bantu menjawab pertanyaan kalian seputar KPR.

Seru kaaan. Jadi siapa yang lagi mikir-mikir mau beli rumah juga kaya saya? Atau mungkin rumah kedua? Mampir yuk lihat-lihat di BTNProperti.co.id, siapa tahu ada yang nyantol di hati.



-ast-

#FAMILYTALK: Full Day School Idaman Saya

$
0
0

Masih heboh nggak sih ngomongin ini? Udah geser ya ke pak menteri bilang setuju pada sanksi fisik pada anak? Pak menteri ini ah, suka bikin galau ibu-ibu deh. T_____T

Tapi sebenernya pak menteri mau ngomong atau ga, saya sih udah niat biar Bebe sekolah full day hahahaha. Kayanya kalau ibu-ibu bekerja mah pada milih sekolah full day ya nggak sih? Lagian si Bebe dari 3 bulan keles sekolah full day alias daycare hahahahaha.

Baca punya Isti:

Meskipun gitu, saya juga kepikiran sama omongannya pak menteri. Kepikiran karena duh kok gini amat pendidikan di Indonesia? Bebe nggak usah sekolah formal aja kali ya?

Kemudian setelah baca berita itu saya langsung sibuk nyari tau tentang homeschooling. Padahal sebelumnya nggak pernah kepikiran. Cih, aku anaknya gampang panik.

Terus jadi tau soal banyak hal, kasih-kasih link ke JG, not bad yaaa. Nggak seperti yang saya bayangkan amat, salah satunya serem kalau saya harus ngajarin rumus fisika. Kan bisa panggil guru juga untuk pelajaran yang saya nggak mampu ajarkan, itu pun kalau mau ambil ijazah persamaan.

Kekurangan homeschooling ini adalah saya harus berhenti kerja. Yaiyalaahhh. Kuat nggak ya berhenti kerja? Saya suka kerjaaaaa. Tapi di satu sisi ngerasa meng-homeschooling-kan Bebe akan jadi tantangan tersendiri juga.

Tapi yah, itu opsi yang masih harus digoreng sampai matang *tempe keles*. So far opsi pertama masih sekolah dan itu pasti sekolah full day. Kenapa?

Ya biar ada yang dititipin aja. Jahat ya? Punya anak kok nggak mau ngurusnya malah di-subcon kan ke sekolah. Gagal lah saya mah jadi orangtua. Apalagi pake teori psikologi parenting kekinian, udalah rapotnya merah semua.

Maunya Bebe sekolah full day yang semacam daycare gitu malah. Ada jam bobo siang, dikasih makan, dikasih snack buah. Ya macam daycare untuk anak SD lah. Saya pulang kerja baru saya jemput. Ada ga sih SD kaya gitu? 

Kalau ada mau bangeettt. Kalau ga ada, berarti tetep harus mikirin opsi punya mbak dong di rumah untuk jagain Bebe sepulang sekolah. Karena tetep aja, meski namanya full day, pasti dia duluan pulang sekolah kan daripada saya pulang kerja. Hiks. Aku tak siap punya mbak.

Dan catatannya kalau mau sekolah full day, Bebe harus SUKA belajar. Tau kan ada anak suka belajar? Saya waktu kecil suka banget belajar. Tapi saya juga tau ada anak-anak yang nggak suka belajar. Anak-anak itu dulu saya labeli sebagai malas dan bodoh. Padahal sekarang setelah dipikir-pikir, kasihan mereka dipaksa belajar hal yang nggak mereka sukai.

Kalau Bebe suka belajar, jangankan mikirin sekolah full day MARI KITA NABUUNGGG DAN SET GOAL BIAR BISA MASUK INTERNATIONAL SCHOOL. Sekarang ngomong gini rasanya jauhhh sekali. Ya gimana, semurah-murahnya international school, sebulan SD aja bisa 8-9juta. Uang masuknya bisa 150juta. Tapi kan siapa tau ya nggak? Siapa tau dalam beberapa tahun ada keajaiban apa gitu? Nggak ada yang nggak mungkin, unicorn is real. :')

*ya meskipun tetep survey SD nasional plus sih lol*

Kalau Bebe ternyata lebih suka melukis? Menulis? Bermusik? Main gitar? Main game? Ya masa disuruh sekolah formal seharian kan kasihan. Maka kukuhkan tekad untuk homeschooling!

Kacaunya, kedua keputusan itu akan sama beratnya. Kalau mau sekolah bagus, we need to work our ass off biar bisa bayar sekolahnya. Kalau mau homeschooling, artinya saya keluar kerja. Whoaaa deg-degan sendiri mikirin keduanya lol.

Tapi itu kan sayaaaa. Kalau se-Indonesia harus full day school? Kenapa diharus-harusin sih? Satu opsi kan belum tentu cocok untuk semua orangtua dan anak. Ya bebasin ajalah, mau full day atau mau ga full day, yang penting anak sekolah dan belajar.

Ya kaannn. Lagian kalau semua anak sekolah full day, kasihan deh pasti akan tetap ada ibu-ibu ambisius yang akan tetep masukin anaknya les ini itu bahkan setelah sekolah full day. T_______T

Udah sih gitu aja. Anaknya suka baca buku? Nonton dong video buku favorit Bebe, ada di bawah postingan ini.

See you next week!

-ast-
Viewing all 727 articles
Browse latest View live